Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Literasi yang Menyatukan, Belajar dari Senior yang Terus Menulis

23 Agustus 2022   22:15 Diperbarui: 23 Agustus 2022   22:18 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
YPTD, 2 tahun sebanyak 350 judul buku (dok.YPTD)

Literasi itu mempersatukan. Literasi itu nondiskriminasi. Apapun latar belakangnya, tidak masalah. Malahan, bisa menembus birokrasi. Kopdar Kompasianer dan Pengarang YPTD yang dilaksanakan di Gedung Perpusatakaan Nasional, Jl Merdeka Selatan, Sabtu, 20 Agustus 2022 semakin menguatkannya.

Nyaris pukul 11.00, saat saya tiba di Perpusnas. Untunglah semua lancar. Pagi sempat ke suatu tempat dulu. Ojek  online dapat diskon. Check in aplikasi Peduli Lindungi mulus karena baru isi kuota.

Sayang, lift pengunjung untuk menuju  lantai 4 lokasi kopdar padat. Naik eskalator saja. Toh tidak terlalu tinggi. Sekaligus melihat-lihat suasana. Sudah lama tidak ke perpusnas sejak pandemi menghantam Indonesia, khususnya Jakarta.

Ini merupakan kunjungan pertama kalinya kembali setelah pandemi mereda. Ah, senangnya. Ada pameran tentang seluruh Presiden RI di lantai dasar. Suasana Agustusan bulan kemerdekaan masih sangat terasa.

Di aula lantai 4, acara kopdar baru mulai tampaknya. Sebelum masuk ke meja registrasi dulu. "Dari Kompasiana atau YPTD?" tanya seorang laki-laki yang ditemani seorang bocah. Sedikit bingung. Mau saya bilang, keduanya. Namun mata saya menangkap nama di daftar hadir kompasianer.

Kopdar Kompasianer & YPTD (dok.YPTD)
Kopdar Kompasianer & YPTD (dok.YPTD)

Kebetulan, mbak Mutiah ada di depan pintu masuk. "Buruan. Sudah telat," katanya. Oks, setelah menerima goodie bag warna biru dan sebuah lintingan sedotan doorprize, saya segera masuk. Melihat ke arah samping kiri pintu masuk, tampak langsung teman-teman kompasianer yang menjuliuki dirinya 'gerombolan rusuh' duduk dalam baris kursi yang sama. Kebetulan di sebelah Reno ada kursi kosong.

Senangnya bertemu mereka. Mengingatkan pada Nangkring Kompasiana. Bercanda-canda sambil ngobrol ngalor ngidul, di antaranya yang nggak ketinggalan seperti view artikel, k-rewards, lomba, hingga kegiatan nangkring/kompasianival yang masih sepi.

Saat pak Idon, moderator talkshow menyebut nama pak Syaiful dan Topik Irawan saat pendirian Yayasan Pustaka Thamrin Dahlan (YPTD) di Coffee Toffe, Depok pada 19 Agustus 2020, barisan mulai merusuh.  

"Lo termasuk ponder, tuh. Ponder, yang datang ke Depok," ucap Andri pada Topik. Semua yang ada disitu cekikikan. Reno yang bawaannya protes melulu, juga tertawa. Ada pak Andre,pak Syaiful, pak Taufik, pak Sutiono dan saya. Kata ponder dari sebutan founder, malah tertangkap sebagai bubuk untuk pupur. Eh itu, powder ya?

Ulang tahun ibu Roselina (dok.YPTD)
Ulang tahun ibu Roselina (dok.YPTD)

Senior yang Semangat Terus Menulis 

Di panggung depan, para narasumber senior duduk di kursi masing-masing, yakni pak Tjiptadinata, Wiajayakusumah, Nur Terbit, dan Rasyid. Perbincangan tak lepas dari dunia tulis menulis. Pembahasan yang selalu menarik buat yang suka dunia tulis menulis, ngeblog, dan semacamnya.

Bisa dibilang, mereka semua adalah para kompasianer senior sekaligus para pengarang YPTD. Satu-satunya yang masih 'muda' hanyalah COO Kompasiana Nurulloh, yang konon seusia cicit pak Tjiptadinata. Dari mereka, ada sejumlah pesan yang sangat berguna bagi yang suka menulis.  

Lihat Sekeliling, Banyak yang Bisa Ditulis

Menurut Opa Tjiptadinata, hambatan pertama menulis adalah malas. Solusinya, membuat target pada diri sendiri.  Opa menerapkannya dengan one day one article. Lalu meningkatkan one day two article. Karenanya, per tanggal  20 Agustus 2022, sudah 6.494 tulisan.

Apakah tidak pernah mengalami jalan buntu? Rasa nggak mood dan malas bisa diatasi dengan tekad, disiplin diri, dan konsisten sehingga mampu mengalahkan diri sendiri. Banyak hal yang bisa ditulis. Bahkan jika mau, dalam sehari bisa 10 artikel. Misalnya, dengan melihat semut  yang tidak pernah memakan nasi sendiri. Semut selalu membawa butiran nasinya dan dibawa pulang untuk dimakan bersama-sama. Bertanyalah pada diri sendiri. Tak perlu koreksi orang lain karena dalam diri kita banyak kekuarangan. Lihat pohon, matahari, dan lainnya.

Menulislah setiap Hari dan Buktikan apa yang terjadi

Inilah mantra mujarab dari guru blogger Wijayakusumah. Pernah mengalami stroke yang melumpuhkan bagian tubuh kirinya, Berkat motivasi menulis, kini anggota tubuhnya bisa digerakkan kembali.

Hal ini pulalah yang dilakukan oleh Christie Damayanti, yang menulis untuk terapi kesehatan, khususnya otak setelah stroke. Menulis merupakan caranya untuk bisa bangkit kembali. Kini, berjuang untuk kaum difabel. Puluhan buku dihasilkannya.

Menulis yang Dilihat, Didengar, dan Dirasakan 

Mencari ide untuk menulis? Sebenarnya cukup mtuk menulis udah. Mantan wartawan Nur Terbit mengatakan punya kebiasaan untuk menulis apa yang dilihat, didengar, dan dirasakannya  Media untuk menulis bisa menggunakan media sosial seperti facebook ataupun twitter. Jika tulisan menjadi panjang, pindahkanlah ke blog.

Menulis untuk memotivasi

Untuk memancing orang menulis tidak bisa dengan hanya mendorong. Harus menariknya. Rasyid, yang merupakan guru Bahasa Indonesia awalnya menulis untuk memotivasi.  Kini, guru pun diajaknya menulis. Kenapa? Menulis tidak bisa dielakkan. Tindak lanjut membaca adalah menulis. Yang dibaca adalah tulisan, jadi menulis itu wajib.

YPTD, 2 tahun sebanyak 350 judul buku (dok.YPTD)
YPTD, 2 tahun sebanyak 350 judul buku (dok.YPTD)

Buku Mahkota Penulis

Beragam alasan orang menulis.  Namun, sangat disayangkan jika artikel-artikel yang sudah banyak jumlahnya dan mungkin saja bermanfaaat bagi orang lain tidak diwujudkan dalam bentuk buku. Sosok Thamrin Dahlan, melalui Yayasan Pustaka Thamrin Dahlan mencoba menjembatani keinginan penulis yang ingin memiliki buku berstandar internasional (ISBN).

Dalam jangka waktu dua tahun sejak didirikan 19 Agustus 2020, YPTD sudah menerbitkan sebanyak 350 judul buku. Menerbitkan buku, bukanlah hal yang susah asalkan ada naskahnya.

Setidaknya, Suharyanto ,Kepala Pusat Bibliografi dan pengolahan Bahan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menyatakan, hal ini baik untuk terwujudnya masyarakat pemberlajar sepanjang hayat dan tentunya pengembangan literasi di seluruh Indonesia.

Posisi untuk terbitan buku dengan ISBN tahun 2020 tercatat sebanyak 144.793 buah. Ini  menempati urutan ke-6 untuk buku-buku yang diterbitkan dengan ISBN, termasuk di dalamnya dari YPTD.

****

Siang itu, Kopdar Kompasianer dan YPTD menjadi pelepas rindu. Tak jadi soal karena Thamrin Dahlan pun hingga kini masih menjadi kompasianer yang juga pendiri YPTD. Literasi yang menyatukan meski awalnya hanya dari menulis secara online.

Benar juga, seperti kata COO Kompasiana Nurulloh, ruh  dari sebuah komunitas adalah kopi darat. Kalau hanya bertemu secara online, maka bisa terjadi misleading. Para senior bisa membimbing yang masih baru menulis.

"Berarti kita penulis tua, ya?' tiba-tiba Topilk Irawan berkomentar. "Nggak. Lo aja, kali," tukasku, sehingga Reno dan lainnya tertawa.

Usia bukan halangan untuk menulis. Pasangan legenda Tjiptadinata Effendi sudah membuktikannya dan menebarkan virus positif menulis. Mereka pun saling memuji untuk saling menyemangati dan ini menjadi contoh yang sangat bagus.

Selamat ulang tahun, untuk YPDT yang ke-2 dan ibu Roselina yang ke-79. Lagu Tanah Airku yang juga dinyanyikan bersama siang itu seakan menjadi pengingat untuk selalu mencintai negeri dimanapun berada dan meninggalkan jejak positif, seperti tulisan dan buku.Seperti kata Thamrin Dahlan , literasi itu mempersatukan dan nondiskriminasi. 

----Jakarta,dhu230822---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun