Menulis untuk memotivasi
Untuk memancing orang menulis tidak bisa dengan hanya mendorong. Harus menariknya. Rasyid, yang merupakan guru Bahasa Indonesia awalnya menulis untuk memotivasi. Â Kini, guru pun diajaknya menulis. Kenapa? Menulis tidak bisa dielakkan. Tindak lanjut membaca adalah menulis. Yang dibaca adalah tulisan, jadi menulis itu wajib.
Buku Mahkota Penulis
Beragam alasan orang menulis. Â Namun, sangat disayangkan jika artikel-artikel yang sudah banyak jumlahnya dan mungkin saja bermanfaaat bagi orang lain tidak diwujudkan dalam bentuk buku. Sosok Thamrin Dahlan, melalui Yayasan Pustaka Thamrin Dahlan mencoba menjembatani keinginan penulis yang ingin memiliki buku berstandar internasional (ISBN).
Dalam jangka waktu dua tahun sejak didirikan 19 Agustus 2020, YPTD sudah menerbitkan sebanyak 350 judul buku. Menerbitkan buku, bukanlah hal yang susah asalkan ada naskahnya.
Setidaknya, Suharyanto ,Kepala Pusat Bibliografi dan pengolahan Bahan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menyatakan, hal ini baik untuk terwujudnya masyarakat pemberlajar sepanjang hayat dan tentunya pengembangan literasi di seluruh Indonesia.
Posisi untuk terbitan buku dengan ISBN tahun 2020 tercatat sebanyak 144.793 buah. Ini  menempati urutan ke-6 untuk buku-buku yang diterbitkan dengan ISBN, termasuk di dalamnya dari YPTD.
****
Siang itu, Kopdar Kompasianer dan YPTD menjadi pelepas rindu. Tak jadi soal karena Thamrin Dahlan pun hingga kini masih menjadi kompasianer yang juga pendiri YPTD. Literasi yang menyatukan meski awalnya hanya dari menulis secara online.
Benar juga, seperti kata COO Kompasiana Nurulloh, ruh  dari sebuah komunitas adalah kopi darat. Kalau hanya bertemu secara online, maka bisa terjadi misleading. Para senior bisa membimbing yang masih baru menulis.
"Berarti kita penulis tua, ya?' tiba-tiba Topilk Irawan berkomentar. "Nggak. Lo aja, kali," tukasku, sehingga Reno dan lainnya tertawa.