Para komiker, termasuk saya sangat antusias dengan film ini. Walaupun film perjuangan, tak melulu pertempuran tembak menembak. Ada sisi lain manusiawi Kapten Sudarto dan lagu-lagu yang ternyata sudah dikenal sejak dulu, seperti "Rasa Sayang-Sayange."Â
Koleksi Film di Museum Penerangan
Semakin lengkap rasanya saat tur Museum Penerangan yang dipandu Deyan Aji Putra, saya mengetahui ada bagian film, khususnya karya Usmar Ismail. Hal yang paling menarik adalah kamera film yang digunakan dalam pembuatan film Darah dan Doa, yang merupakan film nasional pertama.
Kamera yang digunakan di lapangan ataupun studio oleh Perusahaan Film Negara dalam memproduksi film sejak tahun 1950 sampai dengan tahun 1960. Kamera bermerk Eclair Cameflex ini mempunyai berat 12 kg dan dimensinya 44 x 24 x 35 cm.
 Ada juga jas berwarna hitam dan film yang dulunya digunakan oleh Usmar Ismail untuk memproduksi film. Jumlah karya filmnya sangat banyak meski saat ini belum seluruhnya bisa direstorasi karena terkendala biaya.
Selain Darah dan Doa, sejumlah film Usmar Ismail yang sangat dikenal masyarakat antara lain adalah Tiga Dara, Enam Jam di Jogja, Harimau Tjampa, Krisis, Dosa Tak Berampun, Kafedo, Lewat Jam Malam, yang keseluruhanya diproduksi pada tahun 1950-an. n
Usmar Ismail terus berkarya sebagai sutradara dan produser film hingga tahun 70-an sebelum meninggal dunia  tahun 1971. Saya jadi ingin menonton semua film karya Usmar Ismail. Kalian juga, ya!
Kunjungi Muspen agar tahu jejak film di Indonesia. Oh ya, Muspen yang buka tiap hari dan gratis ini memiliki total 495 koleksi berupa perkembangan film, radio, televisi, pers dan grafika, serta penerangan umum.