Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Ini yang Harus Diketahui dari Long March Siliwangi dalam Film "Darah dan Doa"

2 April 2022   18:28 Diperbarui: 3 April 2022   18:10 2119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penderitan yang harus dialami membuat perasaan tak terkendali. Tak pelak, Sudarto kerap menjadi buah bibir anak buahnya. Kepala staf Kapten Adam secara terang-terangan menunjukkan sikap tidak menyukai tindakan Sudarto sehingga melaporkannya.

Kisah yang memilukan. Darah memang harus tumpah. Perawat Widya dan Kapten Adam akhirnya mati tertembak saat pertempuran. Sudarto yang baru saja bebas dari tawanan pemerintah Belanda saat akan mengambil senjata, akhirnya pun tewas ditembak oleh anggota PKI. Namun, doa teriringi untuk para prajurit yang gugur dan bendera Indonesia terus berkibar hingga kini.

Usmar Ismalil (sumber:Kompas.com)
Usmar Ismalil (sumber:Kompas.com)

Darah dan Doa, Film Nasional Pertama yang Luar Biasa

Rasa kagum hadir saat menyaksikan pertama kali film Darah dan Doa yang merupakan film nasional pertama, bersama teman-teman komunitas penulis dan pecinta film Kompasiana, Sabtu 26 Maret 2022 di Museum Penerangan (Muspen) Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Betapa hebatnya film yang dibuat kala Indonesia masih dalam gejolak revolusi. Keren sekali, tepat 72 tahun yang lalu Usmar Ismail yang baru saja berulang tahun ke-29 pada 20 Maret, mengambil gambar pertamanya pada 30 Maret 1950 dan berhasil memproduksi film “Darah dan Doa” melalui Persatuan Film Nasional Indonesia (Perfini).

Dokumentasi Windhu
Dokumentasi Windhu

Sangat pantas jika Usmar Ismail dianugerahi pahlawan nasional dan bapak perfilman pada tahun 2021. Sebagai orang Indonesia pertama yang membuat film pertama, yang dilakukannya telah membuka jalan bagi kebangkitan perfilman Indonesia dan menjadi contoh bagi generasi muda Indonesia untuk berkarya di bidang film dan lainnya.

Kehadiran anak dan cucu Usmar Ismail semakin mengenalkan pada sosok Usmar Ismail. Nureddin Ismail, anak tertua Usmar Ismail mengenang ayahnya sebagai sosok ayah yang baik dan serba bisa. “Rasanya malu juga karena mereka yang terlibat dalam lagu dan film perjuangan masih berusia 20 tahunan,” kata Nureddin.

Kamera Usmar Ismail (Dokumentasi Windhu)
Kamera Usmar Ismail (Dokumentasi Windhu)

Pembuatan film Darah dan Doa sempat kesulitan modal dan alat produksi. Namun dukungan penuh diberikan Divisi 3 Siliwangi Jawa Barat karena mengisahkan long march Divisi Siliwangi yang dilakukan menyusul batalnya perjanjian Renville, akibat agresi militer Belanda ke Yogyakarta tahun 1948.

Divisi 3 Siliwangi menyediakan senjata-senjata dan tentara untuk membantu pembuatan film. Menurut Badai Saelan, cucu Usmar Ismail, dalam membuat “Darah dan Doa”, Usmar Ismail mengedepankan sisi ideologi dan bukan komersil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun