Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ziarah Makam Jelang Ramadan yang Mulai Ramai dan Senyum Penjual Bunga Tabur

21 Maret 2022   23:51 Diperbarui: 22 Maret 2022   10:08 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berdoa di sebuah makam (dok.windhu) 

Lantunan doa terdengar. Beberapa peziarah memegang buku yasin dan tahlil. Beberapa orang lainnya turut membaca dan mengaminkan saat berkumpul di depan makam keluarganya. Dua pekan jelang ramadan, Taman Pemakaman Umum (TPU) ramai didatangi pengunjung.

Tiba di jalan raya menuju TPU, Minggu 20 Maret 2022, para penjaja bunga tabur dan air mawar di sebuah meja sederhana sudah terlihat di pinggir jalan. Seorang tukang parkir liar di luar TPU tampak sibuk mengatur kendaraan roda empat dan roda dua yang akan masuk ke area makam.

Setiap kali jelang ramadan, nyekar menjadi tradisi rutin. Rasanya tak lengkap jika sebelum menjalankan ibadah puasa tak menyapa dulu orang tua yang sudah berpulang. Meluangkan waktu sejenak untuk mengirimkan doa kepada orang yang tersayang.

Beruntung rasanya jelang ramadan kali ini pandemi covid-19 sudah mereda. Berkunjung ke makam jadi lebih bebas. Sejak dua tahun lalu, di saat terjadi peningkatan jumlah kasus terinfeksi corona, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memutuskan untuk menutup seluruh tempat pemakaman umum (TPU) di Jakarta dari aktivitas ziarah kubur jelang ramadan dan jelang lebaran.

Ziarah kubur (dok.windhu)
Ziarah kubur (dok.windhu)

Larangan ziarah   diberlakukan karena dikhawatirkan dapat menimbulkan kerumunan. Sudah pasti ini juga akan  berisiko menularkan virus saat berbicara, batuk, dan bersin akibat droplet atau partikel air liur yang menyebar.

Karena berada di Dinas Pertamanan dan Hutan Kota, selain makam, seluruh taman dan hutan kota juga ditutup dari kunjungan masyarakat. Hanya layanan pemakaman yang Untunglah semua itu berlalu, untuk tahun 2022 ini, tidak ada larangan ziarah kubur.   

Kesempatan ini tentu saja tidak disia-siakan para peziarah kubur yang ingin mendoakan orang tua, saudara, kerabat atau kawannya. Untuk tahun ini, mereka tidak perlu memaksa petugas untuk memperbolehkan mereka berkunjung saat pintu gerbang TPU ditutup dan diberi pengumuman tutup sementara untuk kegiatan ziarah.

Penjual bunga dan air mawar untuk ditabur di makam pun lebih banyak. Jumlahnya bisa lebih dari sepuluh orang dibandingkan hari-hari biasa, bukan menjelang ramadan atau lebaran.

Penjual bunga tabur di makam (dok.windhu)
Penjual bunga tabur di makam (dok.windhu)

Senyum Penjual Bunga Tabur dan Air Mawar 

Perempuan muda berjilbab itu tersenyum menyambut saya dan rombongan keluarga. Setiap ke makam untuk mengunjungi bapak, kami selalu membeli bunga tabur dan air mawar darinya.

Entah mengapa, tapi senyum dan tegur sapa yang terjadi saat membeli bunga dan air mawar membuat kami mengingatnya. Hubungan yang tercipta begitu saja. Saat saya datang ke makam sendiri, dia akan menyapa. Begitupun saat datang bersama rombongan keluarga.

“Saya habis subuh langsung ke Rawabelong beli kembang, terus kesini. Jam tujuh pagi, orang yang mau berziarah kubur sudah datang dari jauh-jauh. Terus nggak berhenti-henti sampai siang, lalu sore seperti ini lebih ramai lagi,” kata Yana.

Perempuan itu mengaku sudah menjual sekitar sepuluh bal (kantung besar) berisi berbagai bunga, yang kemudian dipecahnya dalam puluhan plastik kecil berisi bunga tabur untuk pengunjung. Puluhan botol air mawar pun ludes dijualnya. Baik sekantung kecil baik bunga plastik diberi harga sama Rp.5000.

Bunga tabur dan air mawar (dok.windhu)
Bunga tabur dan air mawar (dok.windhu)

Tak Perlu Sembunyi-Sembunyi

 “Sekarang, tahun ini enak. Nggak perlu sembunyi-sembunyi lagi. Tahun lalu kan nggak boleh berkunjung. Pintu gerbang depan makam ditutup gara-gara covid. Akhirnya para peziarah masuk lewat pintu kecil belakang,” cerita Yana.

Saya tersenyum mendengar cerita Yana. Tahun lalu saat jelang ramadan dan lebaran, kami sengaja tak mengunjungi makam. Alasannya, tentu saja untuk menghindari penyebaran virus covid. Kami baru datang berziarah setelah TPU tidak ditutup sementara lagi.   

Dari berita di sebuah media online, petugas TPU harus berhadapan dengan para peziarah yang memaksa atau memohon bisa diizinkan berziarah karena sudah datang jauh-jauh dari rumah.

Yana ada saat itu. Dia sudah bertahun-tahun menjual bunga di TPU Kepa Duri, Jakarta Barat. Tidak sendiri, melainkan dengan beberapa saudaranya. Salah satunya adalah Dira, sepupunya yang masih duduk di bangku SMA, yang sore itu juga menggelar dagangan bunga tabur, air mawar, dan bungkusan keripik bawang di atas meja.  

Sekantung bunga tabur dan air mawar (dok.windhu)
Sekantung bunga tabur dan air mawar (dok.windhu)

Hidup dari menjual bunga tabur makam bagi para peziarah adalah hal biasa bagi Yana karena tempat tinggal orang tuanya bersebelahan dengan makam. Namun, dia hanya melakukannya pada musim ziarah tiba, tepatnya jelang ramadan dan jelang lebaran.

Kalau hari-hari biasa, hanya ada dua penjual bunga yang selalu ada karena memang lebih sepi pengunjung. Pembeli bunga biasanya hanya ada saat ada jenazah hendak dimakamkan.  

“Peziarah kan ramainya memang mau puasa dan mau lebaran. Itu juga biasanya mulai hari Jumat, Sabtu, dan Minggu. Hari-hari biasa kan orang kerja,” katanya, yang menyebut mulai tanggal 25 Maret pasti yang berziarah lebih banyak lagi.

Puncak ziarah kemungkinan 1 April. Yana sudah bersiap dengan jumlah kantung bunga lebih banyak lagi. Bulan ramadan diperkirakan akan dimulai pada 2 April meski tepatnya tentu harus menunggu pengumuman resmi dari Kementerian Agama (Kemenag) RI .

Jika sudah dietapkan, selama satu bulan, umat Islam menjalankan ibadah puasa. Meski bukanlah suatu hal yang wajib, sebelum berpuasa jika memungkinkan, menyempatkan diri ke makam adalah tradisi rutin    

Berdoa di sebuah makam. (Dok.Windhu)
Berdoa di sebuah makam. (Dok.Windhu)
Membersihkan Makam dan Berdoa

Sambil menenteng kantung plastik berisi bunga tabur dan air mawar, saya dan keluarga berjalan menuju makam bapak yang terletak di blok belakang. Di sisi kiri dan sisi kanan jalan kecil yang dilalui, saya melihat  para peziarah kubur lain banyak yang sedang mendoakan keluarganya.

Ada yang bersuara pelan, ada juga yang bersuara lebih lantang. “Assalamualaikum, bapak,” kami menyapa saat tiba di depan makam yang dituju. Beberapa rumput liar mencuat di atara rumput hias makam bapak. Segera kami membersihkannya. Hujan yang sering turun agaknya turut menyuburkan rumput. Untuk perawatan makam, kami mempercayakannya pada seorang petugas makam.

Setelah mencabut beberapa helai rumput yang tumbuh, lalu bunga pun ditaburkan. Air mawar pun disiramkan ke makam. Kemudian dilanjutkan membaca  doa ziarah kubur. Mengirimkan doa untuk orang tua yang selalu dicintai.

Ziarah kubur adalah hal yang mulia. Tradisi ziarah seakan mengingatkan jika suatu saat nanti akan terbaring di dalam kubur. Suatu saat nanti, barangkali bila sudah ada di alam kubur, juga akan berharap kunjungan dari sanak keluarga. Terlebih menjelang ramadan atau lebaran.

Para peziarah mendatangi TPU (dok.windhu)
Para peziarah mendatangi TPU (dok.windhu)

Nyekar pun usai. Tak ada kewajiban tabur bunga juga sebenarnya, tapi kembali lagi pada tradisi. Dari rumah, saya menambahkan Bunga kenanga yang sedang mekar dan harum untuk makam bapak. Untunglah bapak dimakamkan di Jakarta.

Saat bapak meninggal dunia, sempat ada usulan untuk membawa jenazah pulang kampung dan dimakamkan bersama keluarga besar lainnya. Namun urung karena anak-anak bapak  berada di Jakarta dan sekitarnya.  Kami jadi sempat nyekar jelang ramadan atau lebaran.

Hari semakin sore. Makam-makam yang kami lewati banyak yang sudah dipenuhi taburan bunga. Para peziarah pun masih banyak berdoa mengelilingi sebuah makam keluarganya. Di luar TPU, suasana pun ramai. Para penjual aneka makanan masih terlihat berderet-deret menjajakan dagangannya.

Tahun ini jelang ramadan, ziarah kubur lebih leluasa. Tidak ada larangan berziarah. Tidak ada TPU tutup sementara. Semoga jelang lebaran pun seperti ini dan tak ada lonjakan kasus covid. Meski demikian,tetap pakai masker dan taat protokol kesehatan tetap perlu.

***

Jakarta,dhu210322

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun