“Peziarah kan ramainya memang mau puasa dan mau lebaran. Itu juga biasanya mulai hari Jumat, Sabtu, dan Minggu. Hari-hari biasa kan orang kerja,” katanya, yang menyebut mulai tanggal 25 Maret pasti yang berziarah lebih banyak lagi.
Puncak ziarah kemungkinan 1 April. Yana sudah bersiap dengan jumlah kantung bunga lebih banyak lagi. Bulan ramadan diperkirakan akan dimulai pada 2 April meski tepatnya tentu harus menunggu pengumuman resmi dari Kementerian Agama (Kemenag) RI .
Jika sudah dietapkan, selama satu bulan, umat Islam menjalankan ibadah puasa. Meski bukanlah suatu hal yang wajib, sebelum berpuasa jika memungkinkan, menyempatkan diri ke makam adalah tradisi rutin
Membersihkan Makam dan Berdoa
Sambil menenteng kantung plastik berisi bunga tabur dan air mawar, saya dan keluarga berjalan menuju makam bapak yang terletak di blok belakang. Di sisi kiri dan sisi kanan jalan kecil yang dilalui, saya melihat para peziarah kubur lain banyak yang sedang mendoakan keluarganya.
Ada yang bersuara pelan, ada juga yang bersuara lebih lantang. “Assalamualaikum, bapak,” kami menyapa saat tiba di depan makam yang dituju. Beberapa rumput liar mencuat di atara rumput hias makam bapak. Segera kami membersihkannya. Hujan yang sering turun agaknya turut menyuburkan rumput. Untuk perawatan makam, kami mempercayakannya pada seorang petugas makam.
Setelah mencabut beberapa helai rumput yang tumbuh, lalu bunga pun ditaburkan. Air mawar pun disiramkan ke makam. Kemudian dilanjutkan membaca doa ziarah kubur. Mengirimkan doa untuk orang tua yang selalu dicintai.
Ziarah kubur adalah hal yang mulia. Tradisi ziarah seakan mengingatkan jika suatu saat nanti akan terbaring di dalam kubur. Suatu saat nanti, barangkali bila sudah ada di alam kubur, juga akan berharap kunjungan dari sanak keluarga. Terlebih menjelang ramadan atau lebaran.
Nyekar pun usai. Tak ada kewajiban tabur bunga juga sebenarnya, tapi kembali lagi pada tradisi. Dari rumah, saya menambahkan Bunga kenanga yang sedang mekar dan harum untuk makam bapak. Untunglah bapak dimakamkan di Jakarta.
Saat bapak meninggal dunia, sempat ada usulan untuk membawa jenazah pulang kampung dan dimakamkan bersama keluarga besar lainnya. Namun urung karena anak-anak bapak berada di Jakarta dan sekitarnya. Kami jadi sempat nyekar jelang ramadan atau lebaran.
Hari semakin sore. Makam-makam yang kami lewati banyak yang sudah dipenuhi taburan bunga. Para peziarah pun masih banyak berdoa mengelilingi sebuah makam keluarganya. Di luar TPU, suasana pun ramai. Para penjual aneka makanan masih terlihat berderet-deret menjajakan dagangannya.