Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ziarah Makam Jelang Ramadan yang Mulai Ramai dan Senyum Penjual Bunga Tabur

21 Maret 2022   23:51 Diperbarui: 22 Maret 2022   10:08 987
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para peziarah mendatangi TPU (dok.windhu)

Entah mengapa, tapi senyum dan tegur sapa yang terjadi saat membeli bunga dan air mawar membuat kami mengingatnya. Hubungan yang tercipta begitu saja. Saat saya datang ke makam sendiri, dia akan menyapa. Begitupun saat datang bersama rombongan keluarga.

“Saya habis subuh langsung ke Rawabelong beli kembang, terus kesini. Jam tujuh pagi, orang yang mau berziarah kubur sudah datang dari jauh-jauh. Terus nggak berhenti-henti sampai siang, lalu sore seperti ini lebih ramai lagi,” kata Yana.

Perempuan itu mengaku sudah menjual sekitar sepuluh bal (kantung besar) berisi berbagai bunga, yang kemudian dipecahnya dalam puluhan plastik kecil berisi bunga tabur untuk pengunjung. Puluhan botol air mawar pun ludes dijualnya. Baik sekantung kecil baik bunga plastik diberi harga sama Rp.5000.

Bunga tabur dan air mawar (dok.windhu)
Bunga tabur dan air mawar (dok.windhu)

Tak Perlu Sembunyi-Sembunyi

 “Sekarang, tahun ini enak. Nggak perlu sembunyi-sembunyi lagi. Tahun lalu kan nggak boleh berkunjung. Pintu gerbang depan makam ditutup gara-gara covid. Akhirnya para peziarah masuk lewat pintu kecil belakang,” cerita Yana.

Saya tersenyum mendengar cerita Yana. Tahun lalu saat jelang ramadan dan lebaran, kami sengaja tak mengunjungi makam. Alasannya, tentu saja untuk menghindari penyebaran virus covid. Kami baru datang berziarah setelah TPU tidak ditutup sementara lagi.   

Dari berita di sebuah media online, petugas TPU harus berhadapan dengan para peziarah yang memaksa atau memohon bisa diizinkan berziarah karena sudah datang jauh-jauh dari rumah.

Yana ada saat itu. Dia sudah bertahun-tahun menjual bunga di TPU Kepa Duri, Jakarta Barat. Tidak sendiri, melainkan dengan beberapa saudaranya. Salah satunya adalah Dira, sepupunya yang masih duduk di bangku SMA, yang sore itu juga menggelar dagangan bunga tabur, air mawar, dan bungkusan keripik bawang di atas meja.  

Sekantung bunga tabur dan air mawar (dok.windhu)
Sekantung bunga tabur dan air mawar (dok.windhu)

Hidup dari menjual bunga tabur makam bagi para peziarah adalah hal biasa bagi Yana karena tempat tinggal orang tuanya bersebelahan dengan makam. Namun, dia hanya melakukannya pada musim ziarah tiba, tepatnya jelang ramadan dan jelang lebaran.

Kalau hari-hari biasa, hanya ada dua penjual bunga yang selalu ada karena memang lebih sepi pengunjung. Pembeli bunga biasanya hanya ada saat ada jenazah hendak dimakamkan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun