Ahai, ini dia bakmi ayam dan pangsit kuah panas, paduan yang sangat sempurna di sore saat hujan. Ayamnya enak dan banyak, membuat bamie semakin terasa lezat. Pangsit putih dan  kuahnya pun enak. Lembut di lidah. Sawi hijaunya banyak.
Perut pun mendadak lapar kembali. Tanpa terasa, bakmi ayam dan pangsit kuah plus minuman the seharga Rp.29.000 segera tandas. Kenyang banget! Senangnya, Bakmi Ayam Roxy menjadi menu kedua yang kusantap Sabtu sore itu dan memberikan kehangatn tubuh ketika hujan turun. Â Â
Mendekap Kehangatan Kuliner Cikini
Kulineran Cikini beragam. Rasanya pun enak. Soal harga, disesuaikan saja dengan kondisi keuangan yang dimiliki. Makan di abang-abang gerobak dan resto sama-sama enak meski beda nuansa.
Rata-rata penjual UMKM di kawasan Cikini sudah cukup lama, bertahun-tahun dan tak jarang yang sudah diwariskan dari generasi ke generasi. Satu hal yang memberikan kehangatan di Cikini tak hanya dari lezatnya makanan yang disajikan dalam kondisi panas.
Para pedagang kuliner Cikini cukup terbuka dan bersedia diajak ngobrol seputar dagangannya.Â
Semua ini mempertegas kulineran Cikini tak hanya pada mangkuk dan piring makanan yang disajikan. Saya bisa mendapatkan lebih. Sore itu, saya mendekap kehangatan kuliner Cikini melalui semangkuk Bubur Telur Cikini H.R Suleman dan semangkuk Bakmi Roxy.
Nanti selanjutnya,mencicipi kuliner lain di sepanjang Cikini Jadi, yuk mampir ke Cikini!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H