Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Lelaki yang Selalu Bersuci

10 Mei 2021   23:52 Diperbarui: 10 Mei 2021   23:55 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersucilah di Bulan Ramadan (dok.windhu)

Air menetes dari helai rambut yang menyentuh dahi. Kaos biru yang dikenakan sudah basah sejak tadi. Rama menghela napas. 

Arrgh, kurang ajar,  apa maksudnya dia mengatakan itu? Aku perlu bersuci? Memangnya dia tidak? 

Brakkk!!! Dihempaskannya tinju ke meja. Suasana hatinya sedang tak nyaman. Omongan Pasha membuat rasa kesalnya bertambah tinggi. 

"Darimana, Ram? Pergi tak tentu arah lagi?" pertanyaan Pasha terasa  menyudutkan. 

"Bukan urusanmu,"

"Kau pergi seharian. Haha, sibuk mencari Laila? "

Rama mendengus. Bisa-bisanya mengajar bertengkar. Rasa kecewa mulai menebal di hatinya. 

Seharusnya dia, Pasha, kawan yang mengaku sangat dekat dengannya layaknya saudara memahaminya. 

"Aku mengenalmu lama, kawan. Aku sarankan sudahi cara-cara mencari Laila yang tidak benar. Dia akan semakin jauh darimu."  

Tangan Pasha menepuk-nepuk pundaknya. Sebelum kemudian, lelaki itu secepat kilat menarik kembali tangannya. 

"Apa ini? Bau sekali kau ini, kawan. Kenapa bajumu basah begitu? Memuakkan sekali baunya, " Pasha mundur beberapa langkah menjauhi Rama. 

Tanpa sadar, Rama melihat celana panjang yang dikenakannya. Tak hanya basah, ada sedikit gumpalan kotoran di kainnya. 

Arrgh.. Sial... Sial... Umpatnya dalam hati. Kalau saja semalam dia tidak memaksakan diri untuk menjangkau ketinggian bukit itu.

 Tentu hal yang menyakitkan dan memalukan tidak akan terjadi. Namun semalam, Rama merasa harus bisa berada pada tempat yang lebih tinggi. 

Semakin  tinggi, semakin mudah untuk bisa bertemu Laila. Itu pikirnya. 

Namun semua yang semula diduganya tepat ternyata tak seperti bayangannya. Saat hampir sampai di ketinggian, kakinya terperosok. 

Lalu, tubuhnya melayang turun. Kakinya menyentuh selokan yang ada. 

Arghh sialnya. Air kotor itu menciprat ke atas. Membasahi bajunya. Kakinya jelas tak usah ditanya. 

Ada noda kotoran. Lumpur menggumpal di celana kainnya. Bau langsung menyeruak.

 Sebenarnya, Rama pun tak tahan dengan baunya. Wajar jika Pasha terang-terangan mengatakan Rama bau. 

Brakk!!! Sial..! Sial..!!! Gerutunya dalam hati. Kakinya mulai menendang dinding di sampingnya. 

***

"Cukup, Rama. Hentikan. Tak perlu seperti itu caranya. Hentikan juga umpatan kata sialmu dalam hati, " Pasha mencengkram lengan Rama. 

Rama menunduk. Pasha benar-benar bisa membaca apa yang dipikirkannya dan diucapkannya dalam hati meski tak Rama ucapkan. 

"Sudahlah, aku mengenalmu lama sekali. Puluhan tahun mengenalmu, aku tak akan salah, "  Pasha menatap mata Rama. 

"Sadarkah Rama. Gunakan cara yang tepat jika ingin mendapatkan Laila. Berjuang, jelas perlu tapi harus ada strategi yang tepat, " Pasha mulai duduk di bangku yang ada di depan Rama. 

Seperti biasa, Pasha pun mulai berceramah. Namun, kali ini Rama benar-benar berada pada rasa muak yang tinggi. 

Allah Yang Maha Kuasa, aku merasa sudah berusaha melakukan yang terbaik agar hidupku lebih baik. 

Rama menggeleng-gelengkan kepalanya. Pedih mulai menguasai hatinya. "Aku cuma ingin bertemu Laila, " lirihnya. 

"Gunakanlah cara yang tepat jika ingin bertemu Laila. Kuucapkan sekali lagi padamu. Tambah ilmumu untuk mencapainya. Bukan dengan cara manipulasi tindakan agar orang-orang melihatmu sedang mencari Laila, " dorong Pasha. 

"Caranya? "

"Bersucilah yang benar, '

" Apa maksudmu? " Sergah Rama. 

"Aku beribadah. Aku jalankan kewajibanku pada Allah sebaik-baiknya."

"Aku bilang, bersuci dengan benar. Bukan cuma agar terlihat orang lain. Mereka akan tahu lama kelamaan. Seperti yang sedang kau rasakan dan alami sekarang! " bentak Pasha. 

Rama menunduk lebih dalam. 

'Jadi apa yang harus ku lakukan? " ulangnya. 

"Bersucilah secara keseluruhan. Tak hanya tampak dari luar saja. Bersucilah juga pada tindakan, pikir, dan ucapanmu, " Pasha lantas berdiri. 

"Kudoakan, kau segera bertemu Laila jika kau sudah pantas dan lebih paham bersuci. Jadilah lelaki yang selalu bersuci dengan air bersih. Terutama di bulan suci, " ucapan terakhir Pasha sebelum melangkah pergi. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun