"Cukup, Rama. Hentikan. Tak perlu seperti itu caranya. Hentikan juga umpatan kata sialmu dalam hati, " Pasha mencengkram lengan Rama.Â
Rama menunduk. Pasha benar-benar bisa membaca apa yang dipikirkannya dan diucapkannya dalam hati meski tak Rama ucapkan.Â
"Sudahlah, aku mengenalmu lama sekali. Puluhan tahun mengenalmu, aku tak akan salah, " Â Pasha menatap mata Rama.Â
"Sadarkah Rama. Gunakan cara yang tepat jika ingin mendapatkan Laila. Berjuang, jelas perlu tapi harus ada strategi yang tepat, " Pasha mulai duduk di bangku yang ada di depan Rama.Â
Seperti biasa, Pasha pun mulai berceramah. Namun, kali ini Rama benar-benar berada pada rasa muak yang tinggi.Â
Allah Yang Maha Kuasa, aku merasa sudah berusaha melakukan yang terbaik agar hidupku lebih baik.Â
Rama menggeleng-gelengkan kepalanya. Pedih mulai menguasai hatinya. "Aku cuma ingin bertemu Laila, " lirihnya.Â
"Gunakanlah cara yang tepat jika ingin bertemu Laila. Kuucapkan sekali lagi padamu. Tambah ilmumu untuk mencapainya. Bukan dengan cara manipulasi tindakan agar orang-orang melihatmu sedang mencari Laila, " dorong Pasha.Â
"Caranya? "
"Bersucilah yang benar, '
" Apa maksudmu? " Sergah Rama.Â