Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Untukmu, Saudaraku di Kampung Halaman

9 Mei 2021   23:46 Diperbarui: 9 Mei 2021   23:46 964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surat untuk sanak sudara di kampung, aku rindu (dok.windhu)

Assalamu'alaikum, 

Dear saudaraku di kampung halaman. Sudah lama aku tidak menulis surat seperti ini. 

Jelang lebaran, aku merasa rindu pada kalian. Sayangnya, seperti tahun sebelumnya, aku tidak akan bisa untuk pulang kampung. 

Aku membayangkan kita bisa berkumpul bersama seluruh keluarga besar. 

Aku bukan cuma sekadar rindu  makan udang yang dibudidayakan paklik. Hasil panen yang baik setelah berendam setiap hari di tambak untuk menjaga suhu yang sesuai. 

Aku menginginkan bisa merasakan lebaran yang 'benar-benar' di kampung halaman. 

Maklum, seperti kata sepupu Puji, aku adalah anak kota yang tidak tahu apa-apa soal kampung. 

Para sepupuku, meski mbah kakung kita sama, yakni sama-sama seorang petani. 

Namun, benar juga kalau aku tidak tahu apa-apa soal pertanian. 

Maka, saat aku di rumah paklik dan tahu  akan pergi memetik ke kebun, aku minta ikut serta. 

Sepupu-sepupu tertawa melihat tingkahku. "Semangat sekali, mbak. Memangnya mau jadi petani, " tegur Puji senyam senyum. 

Aku memetik cabai, juga panen melinjo. Bahagia banget rasanya meski tangan pegal dan kaki capek jalan jauh. 

"Dasar anak Jakarta," gurau mereka. Aku seperti biasa, cuma cengengesan saja. 

Aku ingat, setiba di rumah, saat aku sedang bersandar duduk di kursi teras, Puji mendatangiku,"Besok, pulang ke Jakarta, mbak? " Aku mengangguk. 

'Panenan yang tadi, mbak bawa ke Jakarta ya. Buat mbak dan keluarga Jakarta," Hahaha, tahukah kamu saudara-saudara sepupuku?

Aku tiba-tiba merasa malu meski sesungguhnya berterima kasih. Aku panen sendiri apa yang akan aku bawa ke kota? Yang benar saja... 

Para saudaraku, aku ingin duduk berkumpul bersama di teras rumah kampung. Sambil bersama-sama melihat ke langit. Memandang taburan bintang disana.  

Dan, lebaran merupakan waktu yang paling tepat untuk berkumpul bersama-sama.

 Untuk saling bercerita, yang sedang ngetren saat ini, yang jadi pusat pembicaraan di medsos saat ini, apa yang menjadi harapan dan mimpi. 

Atau, terkadang hanya sekadar obrolan remeh kejadian lucu yang pernah berlalu. Peristiwa yang diceritakan terus berulang-ulang setiap tahunnya seakan tidak ada bosannya. 

Lebaran memang waktu yang tepat untuk berkumpul. Lebih dari sekedar silahturahmi, lebih dari berjabat tangan dan saling bermaaf-maafan. 

Aku menyukai suasana lebaran. Terkadang pertemuan tak selalu sempurna, tapi cuma di lebaran biasanya jumlah keluarga yang berkumpul lebih banyak. 

Kalau hari-hari biasa, jelas tidak sebanyak ini yang bisa berkumpul. Jadi, lebaran memang sarana yang tepat untuk menyatukan keluarga. 

Namun, sayangnya lebaran kali ini tidak akan mungkin untuk pulang kampung. Ya, seperti tahun sebelumnya karena  pandemi covid masih melanda. 

Tidak mudik dulu merupakan langkah yang tepat. Protokol kesehatan harus ditaati. Kabarnya, di kampung pun sudah ada yang terkena virus pandemi. 

Semoga semua sepupu, para paklik dan bulik seluruhnya semua sehat.

Aku ingin melihat Pantai Laut Selatan yang dekat sekali jaraknya. Aku mau diajak bersama-sama ke tempat pelelangan ikan. Atau panen cabai, mengambil melinjo dan membuatnya jadi emping asli yang harganya mahal kalau di pasar Jakarta. 

Ah, para saudaraku di kampung, aku rindu kalian. Sudah lama tidak bertatap muka langsung. 

Semua sibuk dengan rutinitas sehari-hari mencari nafkah di kota yang berbeda-beda.

 Maafkan lebaran kali ini pun kembali tak akan bisa bertatap muka. Padahal aku ingin sekali pun sekadar berbicara remeh temeh saja setelah lama tidak bertemu. 

Baiklah, seperti lebaran tahun kemarin, pada lebaran tahun ini harus dilewatkan secara virtual. 

Saudaraku, nanti kita saling video call usai salat Idul Fitri.  Kita saling memperlihatkan menu lebaran yang dimiliki.

 Baju lebaran? Ah, pakai baju rumah saja yang ada. Meski mungkin suasana lebaran harus seperti ini, rasa dan kualitas silahturahmi itu akan tetap tertanam. 

Jadi saudaraku, sebentar lagi lebaran. Tepat hari Idul Fitri, aku akan menelepon ke kampung. 

Salam buat paklik dan bulik, serta saudara yang lain disana.

 

wassalamu'alaikum wr wb, 

Windhu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun