Apa yang menimbulkan rasa rela itu? Tidak berlebihan, dua sosok ini memang membuat kagum. Tak berhenti menulis di usia senja.
Wow, yang lebih muda saja, banyak yang harus memaksakan diri supaya bisa menulis satu dalam satu hari. Pak Tjip yang peraih Kompasianer of The Year tahun 2014 bahkan sudah menulis 5000 artikel di Kompasiana.
Istrinya, yakni Ru Ros, juga tak kalah keren karena bisa mendapatkan K Reward selama sepuluh kali berturut-turut dalam usia 70 tahun.
Benar kata Kang Pepih, Siapakah yang bisa menumbangkan rekor ini? Setidaknya hingga tahun 2021, belum akan ada.
Dalam buku 150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata, setiap kompasianer mengambil sudut pandang penulisan berbeda-beda. Menyapa dengan sebutan bapak ibu ataupun opa oma.
Ya, sesuai dengan pengalaman pernah bertemu, membaca tulisan ataupun terkesan pada sikap baik pasangan teladan literasi ini.
Co-founder Kompasiana Iskandar Zulkarnaen menyampaikan jika Pak Tjip dan Bu Ros adalah sedikit contoh orang yang merasakan nikmatnya menulis dan serunya bersilahturahmi lewat tulisan. Dari dunia maya ke dunia nyata. Dari sekadar berkata-kata, berbuah aksi nyata.
Melanjutkan Tradisi
Sesungguhnya, saat menerima buku 150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi dan membaca tulisan Ikhwanul Halim selalu penyunting dan penerbit buku ini, ingatan langsung melayang pada sosok Thamrin Sonata.
Almarhum kerap menerbitkan buku-buku kompasianer melalui penerbitan buku miliknya Peniti Media. Selain juga giat di Komunitas Kutu Buku.
Sayangnya, berpulangnya Pak TS ke Illahi juga seakan menandai terhentinya kegiatan penerbitan buku kompasianer dan kegiatan komunitas yang diasuhnya.