Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Catatan Tentang Tradisi Mewariskan Literasi dan Inspirasi dalam Buku "150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi"

26 Februari 2021   20:46 Diperbarui: 26 Februari 2021   20:56 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku 150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi (dok.windhu)

Adakah kompasianer yang mampu menumbangkan rekor Pak Tjip? Saya pikir sangat sulit untuk saat ini atau dalam waktu dekat. Apalagi pak Tjip melakukannya di usia yang tidak muda lagi.

-Pepih Nugraha, Pendiri Kompasiana dalam 150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi-

Melalui antaran sebuah jasa kurir, buku berjudul "150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi ', saya terima tanggal 26, yang merupakan Jumat terakhir di Februari 2021.

Gembira rasanya, masih termasuk dalam 159 kompasianer, dari target semula 150 kompasianer, karena tulisan saya masuk pada saat-saat terakhir pengumpulan tulisan. Untunglah, bukan yang ke-160 sehingga bisa mengubah judul, hehehe.

Buku memoribilia edisi terbatas menyambut Wedding Anniversary ke-56 Tjiptadinata Effendi dan Roselina Tjiptadinata, yang cukup tebal.

Buku terbitan PIMEDIA Bandung ini terdiri atas 303 halaman + xvi halaman yang antara lain, untuk memuat kata pengantar dari Founder, Co-Founder dan COO Kompasiana.

Inilah luar biasa kesekian dari buku ini. Tentunya, selain dari jumlah kompasianer yang turut serta menulis dan menuangkan kesannya mengenai pasangan legenda di Kompasiana.

Agaknya, para kompasianer tak rela untuk tidak ikut ambil bagian dari sebuah proyek buku yang langka, yang bisa lahir dari keinginan berbagi dari pasangan Pak Tjip dan Bu Ros.

Hanya menulis artikel di Kompasiana, lalu sebuah buku yang sudah dicetak, kemudian dikirimkan ke masing-masing penulisnya tanpa adanya biaya yang dikeluarkan penulis.

Namun lebih dari itu, terbitnya buku 150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi ini, berarti ada kesudian dan kerelaan para kompasianer untuk menulis mengenai Pak Tjip dan Bu Ros.

Bagian belakang buku 150 Komoasianer Menulis Tjiptadinata Effendi. (dok.windhu)
Bagian belakang buku 150 Komoasianer Menulis Tjiptadinata Effendi. (dok.windhu)

Apa yang menimbulkan rasa rela itu? Tidak berlebihan, dua sosok ini memang membuat kagum. Tak berhenti menulis di usia senja.

Wow, yang lebih muda saja, banyak yang harus memaksakan diri supaya bisa menulis satu dalam satu hari. Pak Tjip yang peraih Kompasianer of The Year tahun 2014 bahkan sudah menulis 5000 artikel di Kompasiana.

Istrinya, yakni Ru Ros, juga tak kalah keren karena bisa mendapatkan K Reward selama sepuluh kali berturut-turut dalam usia 70 tahun.

Benar kata Kang Pepih, Siapakah yang bisa menumbangkan rekor ini? Setidaknya hingga tahun 2021, belum akan ada.

Dalam buku 150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata, setiap kompasianer mengambil sudut pandang penulisan berbeda-beda. Menyapa dengan sebutan bapak ibu ataupun opa oma.

Ya, sesuai dengan pengalaman pernah bertemu, membaca tulisan ataupun terkesan pada sikap baik pasangan teladan literasi ini.

Co-founder Kompasiana Iskandar Zulkarnaen menyampaikan jika Pak Tjip dan Bu Ros adalah sedikit contoh orang yang merasakan nikmatnya menulis dan serunya bersilahturahmi lewat tulisan. Dari dunia maya ke dunia nyata. Dari sekadar berkata-kata, berbuah aksi nyata.

Kesan dari founder dan co founder Kompasiana pada buku 150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi. (dok.windhu)
Kesan dari founder dan co founder Kompasiana pada buku 150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi. (dok.windhu)

Melanjutkan Tradisi

Sesungguhnya, saat menerima buku 150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi dan membaca tulisan Ikhwanul Halim selalu penyunting dan penerbit buku ini, ingatan langsung melayang pada sosok Thamrin Sonata.

Almarhum kerap menerbitkan buku-buku kompasianer melalui penerbitan buku miliknya Peniti Media. Selain juga giat di Komunitas Kutu Buku.

Sayangnya, berpulangnya Pak TS ke Illahi juga seakan menandai terhentinya kegiatan penerbitan buku kompasianer dan kegiatan komunitas yang diasuhnya.

Namun syukurlah, ternyata upaya melanjutkan tradisi mewariskan literasi dan inspirasi belum usai dengan hadirnya buku 150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi.

Apakah ini sebabnya nama penerbitannya adalah Pimedia. Sekilas, membacanya singkatan dari Peniti Media.

Apapun itu, tulisan-tulisan dalam buku ini tentulah mengandung inspirasi tentang dua sosok merpati Kompasiana yang selalu membuat konten sarat pelajaran hidup.

Inilah buku yang bukan hanya merupakan kado pernikahan ke-56 Pak Tjip dan Bu Ros. Buku ini juga merupakan kado untuk semua yang ikut serta menulis.

Seperti tulisan COO Kompasiana Nurulloh, jika berlaku baik dan memberikan sesuatu yang positif, niscaya akan mendapatkan umpan balik yang positif pula.

Terima kasih atas kesempatan menulis dan buku yang sudah diterima.

--260221dhu--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun