Pagi ini, lembaran demi lembaran surat kabar harian Kompas masih kupegang dan kubaca. Berita utamanya masih terkait Hari Pers Nasional.Â
Tak hanya disrupsi  digital, pers nasional di saat ini, semakin terhantam oleh pandemi covid- 19. Dalam kondisi itulah hari perasaan nasional (HPN) 9 Februari 2021 diperingati.Â
Hingga, jumlah media cetak pun semakin menyusut. Â Meniadakan tak hanya majalah cetak bulanan, tabloid mingguan ataupun surat kabar harian.Â
Kompas, bisa jadi masih termasuk yang masih terbanyak punya edisi cetak dibandingkan surat kabar lain.Â
"Hari gini masih ada yang baca koran? " Aku ingat pertanyaan itu pernah dilontarkan seorang kawan.Â
Aku  tersentak. Aku masih membacanya meskipun tahu saat ini banyak yang sudah tidak menyentuh edisi cetak.Â
Mungkinkah hanya sekedar nostalgia? Hanya terbawa ingatanku jika setiap pagi almarhum bapak membaca koran. Katanya, dengan membaca berita terkini maka tak akan ketinggalan informasi.Â
Sebuah Nostalagia Media Cetak
Namun, beberapa tahun belakangan ini, jumlah halaman surat kabar semakin menipis. Pada masa pandemi, koran pagi yang diterima lebih tipis lagi.Â
Dulu, sempat terkagum-kagum pada tebalnya harian pagi yang diterima. Tebal, banyak berita, banyak yang bisa dibaca.Â
Ups, satu lagi. Kala itu, surat kabar banyak iklanya yang kadang membuat kesal tapi juga dinanti.Â
Surat kabar akhir pekan atau mingguan termasuk yang disukai. Dari iklan lowongan kerja, cerpen atau kisah menarik lainnya yang disajikan dengan bercerita hadir. Â