Ih, tikus.... Langkah kaki segera menepi untuk menghindar. Jijik. Mudah-mudahan nggak akan ketemu bangkai tikus yang sudah hancur terlindas roda kendaraan.Â
Tikus? Ya, lebih tepatnya tikus got. Bukan sekali atau dua kali melihat pemandangan tikus montok yang berhamburan isi badannya.Â
Entahlah bagaimana atau darimana tikus-tikus berbulu hitam abu-abu sudah dalam keadaan gepeng.Â
Tidak perlu waktu lama, paling nggak dalam waktu dua hari atau tiga hari, isi badannya sudah habis.Â
Ban kendaraan bermotor roda dua atau roda empat yang melintas sepanjang hari, membawa isi tubuh tikus montok.Â
Hanya kulit berbulunya yang tersisa. Lalu kemudian tergeser tak lagi berada di tengah jalan. Kulit bulu tikus sudah ada di tepi jalan. Barulah setelah itu masuk ke dalam got alias saluran air yang cukup dalam.Â
Jorok? Mungkin juga. Namun, siapakah yang mau membuang tikus mati terlindas di jalan dalam waktu yang cukup sering? Jumlahnya kadang tak hanya satu dalam rentang beberapa ratus meter.Â
Lagipula, itu jalan umum. Kendaraan apapun dan kapanpun bisa melintas. Jadi, siapa yang mau tanggung jawab? Simpan saja jijik itu.Â
Berseliweran Dimana-mana
Jumlah tikus-tikus got rasanya semakin banyak. Semakin montok. Ketika sore mulai berganti malam, tikus-tikus ini mulai berdecit-decit.Â
Selain jalan umum menuju kompleks perumahan, tikus-tikus got juga beraksi.Berlarian di pinggir jalan dalam perumahan. Masuk ke dalam tempat sampah-tempat sampah warga yang tidak berpenutup.Â
Hingga pagi hari lepas subuh, biasanya barulah binatang pengerat itu berkurang dari pandangan.