***
"Bapak tinggal disini dulu,ya!" suara laki-laki itu menyuruhnya memasuki  sebuah gedung olahraga. Lokasi Karantina. Mata Sardi menatap sekilas tulisan itu saat baru tiba.
Untuk pulang ke kampungnya, dua kali bis yang Sardi tumpangi diputar balik oleh petugas. Akhirya, keputusan untuk jalan kaki yang diambilnya. Namun, akhirnya Sardi harus menyerah. Bukan cuma karena sudah lelah, tapi lantaran semua orang yang ditelponnya untuk minta tolong, malah memarahinya.
Dijemput saat tiba di depan suatu terminal, Sardi pun dibawa ke sebuah lokasi karantina. Sardi terdata berasal dari kota besar yang merupakan zona merah penyebaran virus. Meski Sardi merasa sehat, harus mau menjalani karantina selama 14 hari meski lokasi isolasi sudah dekat dengan rumah di kampungnya.
*** Â Â
Hilal telah tampak. Besok Idul Fitri. Teduh terdengar suara tabuhan bedug dan takbir menyambut hari kemenangan yang  mulai terdengar  dimana-mana. Sardi memejamkan mata. Lebaran tahun ini yang sama sekali jauh dari bayangannya.
Diciumnya selembar foto yang sejak tadi masih digenggamnya. "Tunggu ya nak, kalau hasil tesnya negatif, bapak akan segera pulang," Pada pelupuk mata Sardi, bocah menggemaskan itu seakan-akan berlari ke arahnya.
Menari-nari kegirangan menerima hadiah dari kota, yang selama ini disimpan dan belum sempat diberikan Sardi.  Saat  hilal  telah tampak, Sardi berdoa sangat khusyuk.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H