Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cerpen | Mardi dan Sarung Barunya

14 Mei 2020   22:43 Diperbarui: 14 Mei 2020   22:41 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sarung memiliki banyak motif dan jenis bahan. Motif kotak-kotak termasuk palingbanyak digemari (dok.windhu)

Mata Mardi membelalak. Hampir saja disemburnya kata-kata pedas untuk gadis muda yang ada di hadapannya. Nada bicaranya sudah mulai meninggi sejak tadi. Malam ini tidak ada rencananya untuk salat tarawih di masjid.

Mardi sudah memutuskan hal itu sejak sebelum berbuka puasa dan tak ingin dibantah oleh siapapun meski  menggunakan sarung, "Sudah.Sudah, keburu Isya. Nanti justru terlambat salat tarawih di masjid," ucap istrinya meredakan suasana.

Gadis muda yang sudah menggunakan kerudung itu segera menyambar tas yang berisi mukena dan sajadah. Kemudian,  berlari-lari menuju masjid yang letaknya beberapa ratus meter dari rumah. 

Suasana rumah pun berupa  sepi. Istri dan anaknya pergi salat tarawih ke masjid. Tak lama terdengar suara azan Isya. Mulut Mardi masih ingin mengomel. Tak menyangka anaknya, yang kini telah berangsur menjadi gadis muda itu begitu berani mengatakan Mardi malas salat. Malas ke masjid.

Ngomong apa anak ingusan itu, gerutunya. Kesal bukan main. Mardi memandang sarung yang masih digunakannya. Dia tahu, bulan puasa seharusnya tidak boleh marah-marah. Namun, seharusnya anaknya sudah tahu alasan Mardi tidak ingin pergi ke masjid. Selain capek pulang kerja, ada alasan lain.

Diabetes itu. Ya, diabetes jahanam itu. Mardi merasa orang-orang yang salat di sampingnya dan di belakangnya akan tahu kalau kakinya ada luka di kakinya. Luka kecil  akibat garukan tangannya sendiri.

Kalau mereka tahu, mereka bisa menghina dan menertawakannya diam-diam. Mardi nggak mau itu terjadi. Selain itu, Mardi takut bau di luka kakinya tercium kemana-mana.

Anak dan istrinya sudah meyakinkan jika dari kaki Mardi tidak berbau berlebihan. Kalau mau, istrinya bersedia untuk menutup luka hasil garukannya dengan perban. Setelah itu, Mardi menggunakan sarung untuk salat. Orang di sekelilingnya tidak akan tahu.

Lalu, mereka bisa  berangkat  ke masjid untuk salah tarawih berjamaah. Namun, Mardi tetap enggan. Harga dirinya terlampau tinggi. Lebih memilih untuk berada di rumah saja meski sendiri. Masih menggunakan sarung Mardi akan menonton layar televisi sambil menikmati makanan berbuka puasa sore tadi.

Biasanya, masih ada kolak, es campur, gorengan, kue-kue lainnya. Bulan puasa, semua makanan manis tersedia. Meski tahu pengidap diabetes seperti dirinya tidak boleh banyak-banyak mengonsumsinya, Mardi tak mampu mengendalikannya.

Saat bulan puasa, kedua kaki bagian bawahnya seringkali merah merona. Menimbulkan rasa gatal yang tak kuasa jika tidak digaruk. Sisanya menimbulkan luka yang membuatnya enggan ke masjid untuk salat tarawih.

Mardi merasa tak nyaman kalau berlama-lama beribadah di masjid meski sudah menggunakan sarung. Ya, sarung kotak-kotak yang sebenarnya mampu menutupi kaki bagian bawahnya itu.      

Sarung memiliki banyak motif dan jenis bahan. Motif kotak-kotak termasuk palingbanyak digemari (dok.windhu)
Sarung memiliki banyak motif dan jenis bahan. Motif kotak-kotak termasuk palingbanyak digemari (dok.windhu)
  ***

"Aku mau salat... Aku mau salat. Aku mau salat," pekik Mardi. Kaki dan tangannya tidak mampu digerakkan. Lumpuh. Tak terasa air mata mengalir dari pipinya. Istrinya berusaha menenangkan dirinya. Stroke!

Hatinya ciut.  Mardi takut. Sangat takut. Tiba-tiba Mardi ingin sekali pergi salat ke masjid. Beberapa bulan ramadan, entah kenapa Mardi merasa ingin membeli sebuah sarung kotak-kotak warna biru berbahan lembut yang dijual rekan kerjanya.

Padahal, Mardi punya banyak koleksi sarung di lemari kamarnya. Beragam warna, beraragam corak dan motif. Bahkan beragam asal daerah sarung-sarung yang dimilikinya dan tersimpan masih dalam kemasannya.

Mardi tak pernah membeli sendiri sarung-sarung itu. Dia mendapatkannya dari beberapa kolega kerja. Biasanya, menjelang ramadan, saat ramadan hingga menjelang lebaran, banyak sarung dibagikan sebagai souvenir.Sebagian didapatnya dari oleh-oleh orang yang baru pulang umroh atau naik haji.

Makanya, sarung yang dimiliki Mardi kualitasnya beragam. Tergantung yangmemberikannya. Mardi tak pernah menolak pemberian. Sarung dibawanya pulang.

Jika merasa sudah terlalu banyak, sebagian akhirnya dibagi-bagikannya kepada orang lain di sekitar perumahannya  sebagai bagian dari bingkisan lebaran. Biasanya, Mardi tetap menyimpan sarung dengan corak dan warna favoritnya.

Namun entah kenapa, Mardi beberapa bulan jelang ramadan merasa tertarik  untuk membeli sebuah sarung dari rekan kerjanya. Memang, Mardi sangat respek pada laki-laki rekan kerjanya karena rajin ibadah dan tidak pernah meninggalkan salat.  

 Tapi, Mardi yakin bukan itu alasannya. Tahun-tahun sebelumnya, Mardi tak pernah merasa tertarik untuk membeli sarung karena sudah punya banyak sarung. Entahlah, saat memegang sarung yang dibeli dari temannya itu, Mardi malah membayangkan ingin segera menggunakannya.

Mardi ingin memakainya untuk salat berjamaah di masjid. Bersama-sama seluruh anggota keluarganya menikmati indahnya malam sambil berjalan pulang dari masjid usai salat tarawih.

Air mata Mardi menitik. "Saya ingin salat," lirihnya. Istrinya mengusapnya. Berusaha menenangkannya kembali. Ah, Mardi merasa menyesal telah menyia-nyiakan waktu yang ada di ramadan-ramadan yang lalu. Beralasan ini dan itu. Termasuk luka kecil pada kaki bagian bawahnya.

"Sabar ya, pak.  Kalau sudah sembuh, bapak bisa salat berjamaah di masjid. Nanti kita bersama-sama kesana,"ucapnya.

Mardi mengangguk. Berharap  tahun depan dirinya sudah pulih. Semoga tahun depan ramadan dan salat  Jumat suda bisa dilaksanakan di masjid. Ramadan tahun ini pun sebenarnya salat berjamaah di masjid ditiadakan karena adanya wabah virus yang bisa menularkan

Mardi pun memejamkan mata. Terbayang saat anak-anak dan remaja rajin ke masjid menggunakan sarung. Mardi pun mendekap sarung baru yang belum sempat digunakannya untuk salat berjamaah di masjid. Semoga ramadan tahun depan semua sudah baik-baik saja.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun