Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Memaknai Solidaritas Beragama dan Kebhinekaan Melalui Film Tanda Tanya(?)

9 Mei 2020   23:39 Diperbarui: 9 Mei 2020   23:37 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu adegan dalam film Tanda Tanya yang menampilkan Rika (Endhita) dan Doni (Glenn Fredly) (foto:Republika.kapanlagi)

"Ingat ya, Hen. Ini bulan puasa. Pasang Tirai. Barangkali anak-anak sudah pada tahu. Mungkin nanti kalau kamu turun, tirainya sudah dipasang. Satu hal lagi, jangan jualan babi bulan ini. Kita harus hormati orang Islam. Ingat, jangan jualan babi sebulan."

Pesan itu disampaikan oleh Tan Kat Sun yang sedang sakit keras kepada anaknya Ping Hen alias  Hendra. Pesan itu diucapkan Tan di dalam kamarnya, yang terletak di lantai atas restoran Cina miliknya.

Biasanya, selain menjual makanan yang mengandung  babi, restoran Tan juga menjual menu yang halal dengan alat masak berbeda. Panci, penggorengan, pisau, talenan, sampai sendok garpu semuanya dipisah. Khusus setiap bulan puasa, Tan Kat Sun tidak menjual babi untuk  menghargai umat Islam yang menjalankan ibadah puasa.

Namun  bagi anaknya kandungnya Hendra, apa yang dilakukan papinya merupakan penyebab restoran sepi di bulan puasa. Hendra pun berkata gusar kepada maminya. "Mi, bulan puasa ribet banget sih. Banyak aturan. Kan, bukan kita yang puasa."  

Kondisi restoran yang sepi saat bulan puasa membuat Hendra meradang. Lelaki muda ini menyuruh karyawannya mencopot seluruh tirai yang tadinya digunakan untuk menutupi jendela restoran.

Selain tetap menjual babi, Hendra membatasi gerak para karyawannya untuk melakukan ibadah salat. Tak hanya itu, Hendra hanya memberikan libur satu hari kepada karyawannya pada hari raya Idul Fitri. Padahal biasanya, restoran itu memberikan waktu lima hari untuk libur karyawan yang beragama Islam.   

"Yang gitu-gitu, bikin restoran nggak jadi gede. Kita harus hargai lebaran. Apa mereka hargai kita?" tukas Hendra.

Hingga akhirnya, Tan Kat Sun mengetahui perbuatan anaknya dan marah besar. Dia menyuruh semua karyawannya yang datang pada hari kedua lebaran untuk pulang. Namun sayang  pada saat bersamaan, sekelompok masyarakat muslim datang menyerbu dan menghancurkan restoran. Tan Kat Sun tak berapa lama kemudian akhirnya meninggal dunia.

Salah satu adegan dalam film Tanda Tanya yang menampilkan Rika (Endhita) dan Doni (Glenn Fredly) (foto:Republika.kapanlagi)
Salah satu adegan dalam film Tanda Tanya yang menampilkan Rika (Endhita) dan Doni (Glenn Fredly) (foto:Republika.kapanlagi)

Tanda Tanya Perbedaan Agama

Bunyi lonceng yang berdentang deri gereja, bunyi lantunan azan, dan gambaran orang yang sedang beribadah di kelenteng dihadirkan dalam film berjudul Tanda Tanya (?)  garapan sutradara Hanung Bramantyo 

Film mengangkat tema pluralisme agama di Indonesia, yang kerap terjadi konflik karena perbedaan keyakinan. Kisahnya mengenai tiga keluarga yang saling berkaitan tapi menganut tiga agama yang berbeda.

Ada keluarga muda Soleh dan Menuk yang beragama Islam, keluarga Tan Kat Sun yang beragama Buddha, dan Rika yang memeluk Katolik. Menuk merupakan karyawan restoran Tan Kat Sun, sedangkan Rika adalah teman Menuk.

Film Tanda Tanya mengungkapkan realita yang terjadi di masyarakat. Menuk tak hanya harus menghadapi suaminya Soleh yang merasa ingin dianggap 'wong lanang' di mata keluarganya karena tidak berkerja. Apalagi sebelum menikah, ada cerita asmara dengan Hendra, anak sang pemilik restoran.

Sementara Rika yang berstatus janda harus bermasalah dengan anaknya Abi dan orang tuanya, setelah Rika memutuskan untuk berpindah agama dari Islam ke Katolik. Rika dekat dengan Surya, lelaki berprofesi sebagai figuran film yang beragama Islam. Surya tinggal di masjid karena diusir dari tempat kosnya.

Melalui Rika, peran sebagai Yesus  yang disalib dalam pementasan di gereja untuk peringatan Jumat Agung, berhasil didapatkan Surya. Meski sempat timbul protes karena yang memerankan sosok Yesus Kristus berbeda agama, dengan kebijaksanaan romo gereja, pementasan proses penyaliban Yesus tetap bisa digelar.

Memaknai Perbedaan Agama

Film Tanda Tanya berhasil meraih 9 nominasi dalam Festival Film Indonesia (FFI) tahun 2011. Selain itu, juga memenangkan Piala Citra untuk Sinematografi Terbaik. Saat  dimunculkan, film ini menuai kontroversi dan peredarannya ditentang oleh sebuah ormas Islam.

Namun saat menyaksikan film Tanda Tanya, sebenarnya penonton akan dibawa pada kenyataan betapa di negeri tercinta ini memang terdapat perbedaan agama. Cara beribadahnya pun sangat berbeda.

Masalah perpindahan agama meski merupakan hal sensitif, sebenarnya pun terjadi di masyarakat. "Aku cerai bukan karena mengkhianati kesucian perkawinan. Pindah agama bukan karena mengkhianati Tuhan," ucap Rika dalam film Tanda Tanya.

Perbedaan menyinggung suku kadang pun terlontar lewat ucapan. Tindakan yang main hakim sendiri dengan penyerbuan suatu rumah ibadah hingga aksi terorisme yang mengatasnamakan suatu agama juga diungkapkan.

Tiga Pesan Agama dalam Akhir Tanda Tanya

Film Tanda Tanya merupakan film bertema pluralisme yang saya tonton kembali pada ramadan 1441 H. Saat pertama kalinya menonton film ini, saya menangkap jika film ini mengajarkan untuk menghargai perbedaan agama.

Pesan solidaritas agama sangat kental dimunculkan agar tidak terjadi gesekan atau konflik yang merugikan para pemeluk agama. Tidak saling melukai meski berbeda agama dan berbeda cara ibadah. 

Film yang mengangkat perbedaan tiga agama, yakni Islam, Katolik, dan Buddha mengingatkan saya jika dalam rentang waktu satu bulan yakni 10 April hingga 10 Mei ada tiga agama yang memperingati dan menjalankan ibadah dengan caranya masing-masing.

Ada peringatan Jumat Agung buat umat Katolik pada tanggal 10 April , Ada umat Islam yang menjalankan ibadah puasa di bulan ramadan sejak tanggal 24 April selama satu bulan dan perayaan Tri Suci Waisak pada tanggal 7 Mei 2020.

 Film ini sangat baik ditonton agar bisa lebih mampu memaknai perbedaan dengan solidaritas. Jalinan cerita sangat menarik meski memunculkan permasalahan sosial dan antar etnis dan antar agama.

Dalam  film Tanda Tanya (?), selepas penyerangan di hari Idul Fitri, Hendra yang harus menerima kenyataan ayahnya meninggal tergerak hatinya saat membaca buku Asmaul Husna mengenai 99 Nama Allah yang semula akan dihadiahkannya pada Menuk. Hendra pun tergerak hatinya untuk masuk agama Islam dan membuka restoran halal.

Soleh, suami Menuk yang akhirnya bekerja menjadi banser NU harus kehilangan nyawa saat bertugas menjaga gereja katolik saat hari Natal. Meski berbeda agama, Soleh berkorban saat menyingkirkan bom yang ditemukannya di dalam gereja saat ibadah berlangsung.

Peristiwa-peristiwa yang dialami akhirnya menuntun Hendra bertanya kepada ustaz wahyu. "Apa itu Islam, pak Ustaz?" Ustad pun menjawab, jika Islam itu merupakan penyerahan hati dan juga penyerahan jiwa. Pada saat hati sudah diserahkan kepada Allah Swt, yang ada adalah keikhlasan. Maka menjadi Islam adalah menjadi manusia yang terus menerus berupaya untuk ikhlas, memperbaiki kekurangan yang ada di dalam dirinya dan mengubah kekurangan itu menjadi sesuatu yang bermanfaat  bagi orang yang di sekelilingnya.

Film Tanda Tanya tak hanya sarat hikmah saat ditonton tapi diperankan  dengan baik oleh Revalina S. Temat (Menuk), Reza Rahadian (Soleh), Endhita (Rika), Agus Kuncoro (Surya), Rio Dewanto (Hendra/Ping Hen), Hengky Solaiman (Tan Kat Sun), Edmay (Lim Giok Lie/istri Tan Kat Sun), Glenn Fredly (Doni), David Chalik  (Wahyu), Deddy Sutomo (pastor).

Jadi, tontolah film Tanda Tanya (?) untuk lebih mengajarkan solidaritas beragama. Saya terkesan pada akir film yang menyertakan tiga pesan dari tiga agama. Petikan Surat Al Mumtahanah ayat 8 yang berbunyi Allah tidak melarang kamu untuk berbuat adil kepada orang kafir yang tidak memusuhimu.

Selain itu, disertakan Matius 22, 36-40 yang berbunyi "Kasihilah sesamamu seperti kamu mengasii dirimu sendiri". Sebagai penutup ada kutipan Buddhist : Cinta sejati tidak pilih kasih, tak melekat, tak bersyarat dan selalu ingin berbagi pada sesama.   

Saya jadi bertanya-tanya, sudah sebesar apa rasa solidaritas  beragama yang  dimiliki?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun