Salah satu penyakit yang biasanya saya alami saat bulan puasa adalah batuk. Hal ini memang tak lepas dari perilaku berbuka puasa yang sering kurang baik. Ditambah lagi, kadang cuaca panas berubah mendung, lalu hujan, kemudian panas lagi. Godaan mengonsumsi minuman dingin atau makanan yang bersifat gorengan terkadang menggoda. Hayoo, siapa yang suka begini? Namun, kalau leher sudah terasa mulai gatal dan terbatuk-batuk, duh nggak enak rasanya.
Bulan puasa ini saya menghindari betul terkena batuk. Apalagi di masa pandemi covid-19 seperti sekarang. Melihat ada yang batuk, bila kebetulan sedang perlu ke luar rumah sebentar, orang segera menghindar dan menjauh.
Seakan-akan orang yang batuk sudah pasti menyebarkan virus menular yang sangat berbahaya dan sedang heboh. Padahal, sudah menggunakan masker lho !Nggak asyik banget, kan? Â Jadi was-was sendiri.
Sebenarnya, bukan karena pandangan orang saat ini saat melihat ada yang batuk. Kenyataannya, batuk memang biasa muncul saat bulan puasa. Kalau tak segera diatasi, bahkan bisa berlarut-larut sampai berhar-hari belum sembuh. Â Â
Tidur malam jadi terganggu karena batuk-batuk terus. Paginya lemas deh, sedangkan masih ada pekerjaan yang harus dilakukan. Menjalankan ibadah sudah pasti ikut terimbas karena rasa  nggak nyaman akibat batuk-batuk. Terutama saat salat berjamaah tarawih, suara batuk terdengar di sela-sela salat. Ibadah lainnya pun tergangggu karena suara menjadi perlahan berubah serak.  Â
Kencur  Untuk hancurkan Batuk
 Kalau sudah terkena batuk-batuk saat puasa, apa yang biasanya dilakukan? Biasanya yang paling mudah, beli obat yang ada di pasaran. Namun saya ingat awal-awal diumumkannya ada pasien positif covid-19 di Indonesia pada awal Maret 2020,  banyak orang yang mencari obat batuk. Entah kenapa. Setidaknya, itu sempat terjadi di beberapa minimarket dekat tempat tinggal saya.
Kabar baiknya, saya pun jadi teringat cara sederhana  untuk mengatasi batuk. Apalagi, setiap bulan puasa biasanya saya cukup sering terserang batuk. Biasanya, hampir setiap dapur rumah yang biasa digunakan memasak pasti menyimpannya.Â
Semua itu awalnya karena teman. Pernah, sudah habis meminum satu botol obat batuk tapi nggak kunjung reda. Sampai akhirnya, seorang kawan yang sedang main ke rumah menyarankan untuk mengonsumsi kencur saja.
Kencur  ternyata memang ada di rumah. Maklum, kalau belanja di pasar dan minta bumbu dapur, biasanya sudah termasuk di dalamnya walau dalam jumlah sedikit. Biasanya tidak dibuat apa-apa kecuali sampai kering sendiri.
Mulanya saya agak enggan saat teman bilang kalau nggak mau repot-repot dibuat apapun ya dikunyah aja. Dia biasa melakukannya saat masih di kampung halamannya di tanah Sumatera. Bahkan hingga kini sudah tinggal di Jakarta!
Dia mencuci kencur yang ada, mengupasnya, dan memotong kecil-kecil. Kemudian dia menyerahkanya ke saya yang melongo saat dia meminta saya untuk mengunyahnya. "Dimakan langsung saja."
Saya mengernyitkan dahi saat memasukkan potongan kencur masuk mulut. Â Pedas menguasai! Â Teman saya tertawa melihat ekspresi wajah saya tapi tetap meminta untuk mengunyah. "Kunyah terus," ucapnya. Â Mau tak mau saya pun mengunyah dan menelannya dengan harapan batuk segera sembuh.
Ternyata, baru sekali mengunyah batuk menjadi reda. Rasa gatal di tenggorokan berkurang. Besoknya, saya pun embali mengupas kencur dan mengunyahnya.  Ahai, nggak perlu waktu lama mungkin hanya tiga kali mengunyah kencur, batuk  pun sudah membaik. Semakin pulih dan serak pun hilang. Nggak menyangka banget secepat ini. Saat memakannya, tubuh juga terasa hangat. Tenggorokan pun lega.
Kencur, dicampur masakan dan dijadikan minuman
Selain cara termudah dengan cara dikunyah langsung, tanaman obat dengan nama ilmiah Kaempferia galanga ini biasanya juga bisa dan biasa dicampurkan dalam makanan
Paling gampang mengingatnya, dimasukkan sebagai salah satu bahan dalam pembuatan rempeyek kacang. Sejak dulu kala, bahkan minuman kencur juga biasanya mudah didapatkan di tukang kencur. Biasanya, berupa beras kencur.
Kencur yang memiliki kandungan pati, mineral, Â minyak atsiri yang berupa sineol, asam metil kanil, asam sinamat, asam dasinat dan alkaloid ini juga enak dibuat minuman. Parut kencur, ambil sarinya dan kasih saja garam. Â Lalu campur dengan air sebelum diminum.
Saat di rumah, bisa juga sih parutan kencur dicampur ke dalam air. Lalu direbus hingga mendidih dan siap untuk diminum. Untuk waktu meminumnya dan berapa kali dalam sehari, disesuaikan saja. Bisa satu kali atau dua kali sehari. Bisa diminum saat  malam sebelum tidur.
Untuk takarannya, disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya 1 gelas (200cc) atau 1 cangkir  (100cc). Jika perlu direbus sebaiknya gunakan api kecil. Ukuran 2 gelas dapat dijadikan 1 gelas saja untuk diminum.
Kementerian kesehatan, memiliki buku saku petunjuk pemanfaatan tanaman obat keluarga (Toga) tahun 2013, yang ditandatangani oleh Direktur Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional Aternatif dan Komplementer, dr Abidinsyah Siregar, DHSM Â Menkes. Buku saku ini bisa diunduh dengan mudah dari website
Dalam buku pendahuluan itu disebutkan, jika perkembangan penggunaan obat tradisional dalam mengatasi masalah kesehatan telah terbukti berdasarkan riset tahun 2010.
Persentase penduduk Indonesia yang pernah mengonsumsi jamu atau obat tradisional sebanyak 59,12 %. Dari persentase tersebut, yang menggunakan jahe 50,36 %, kencur 48,77%, temulawak 39,65%, meniran 13,39 %, dan pace.mengkudu sebanyak 11,73 %
Kondisi ini mencerminkan kecenderungan penduduk Indonesia memanfaatkan obat tradisional sebagai salah satu pilihan dalam memelihara kesehatan. Sebanyak 95,60% penduduk Indonesia merasakan manfaatnya. Gaya hidup untuk kembali ke alam semakin meningkat.
Memilih Tanaman Obat Seperti Kencur
Memilih tanaman ramuan tanaman obat, seperti rimpang , umbi, akar, kulit batang, kayu, daun, bunga, atau seluruh tanaman herbal, harus memperhatikan bahan  yang segar, warna cerah, telah tua/matang/masak sempurna, masih dalam keadaan utuh, tidak rusak oleh serangan hama atau ulat, dan penyakit tanaman lainnya.
Selain itu, tidak bercendawan/berjamur, atau akar yang berlumut. Buah segar, tidak keriput, kulit batang tidak retak. Daun, bunga, kulit, dan umbi yang tidak berubah warna atau layu.
Nah untuk membuatnya, bahan yang digunakan harus dicuci bersih. Peralatan yang digunakan untuk membuat tanaman obat bisa menggunakan panci, pisau untuk mengupas dan mengirim, pengaduk dari kayu, gelas, dan saringan untuk rebusan
Ingat ya, jangan menggunakan bahan dari aluminium, timah, dan tembaga karena mudah bereaksi dengan tanaman obat, yang berakibat dapat meracuni (menjadi toksik). Selain juga mengurangi khasiat dari tanaman obat tersebut.
Kembali ke yang alami
Kembali pada bahan yang alami ternyata menyenangkan. Lebih murah, sehat, dan mudah. Khasiatnya pun bisa langsung dirasa meski tentunya harus membiasakan diri. Selain juga menyiapkan tenaga dan waktu untuk mengolahnya menjadi sebuah minuman kencur.
Nah karena sakit batuk yang saya alami di bulan puasa lebih banyak terkait dengan kebiasaan pola makan dan pola hidup yang tidak baik. Jadi selain mengonsumsi kencur, untuk mencegah batuk dan berupaya segera sembuh saat bulan puasa, ada hal lain yang perlu dilakukan. Berhenti dulu dengan minuman dingin dan dan makanan yang digoreng. Minuman dingin manis yang menyegarkan dan gorengan biasanya ada sebagai salah satu godaan menu berbuka puasa.
Sebaiknya, menghindari juga minum kopi dan makanan olahan yang bisa memancing  batuk saat puasa juga sangat perlu. Lebih baik minum air hangat saat sahur dan berbuka puasa. Intinya, memperhatikan pola makan saat bulan puasa.
Jangan lupa meningkatkan daya tahan tubuh dengan menambah asupan vitamin, terutama vitamin C. Untuk melengkapi, jangan lupa juga beristirahat yang cukup agar tubuh bisa pulih dan batuk pun menghilang. Yuk, coba saja kencur agar batuk menjadi hancur lebur dan puasa pun lancar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H