Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Aku Rindu Pulangmu di Hari Raya

1 Juni 2019   23:53 Diperbarui: 1 Juni 2019   23:57 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di saat musim mudik seperti ini, aku rindu pulangmu di hari raya (dok.windhu)

Sesungguhnya  Kanda, aku menerimamu apa adanya. Kamu punya talenta yang luar biasa. Goresan lukisanmu bagus. Kata-kata yang tertuang dalam untaian kalimat tulisanmu begitu indah. Sehingga membius dan melenakan aku. Kamu hanya belum bisa beruntung dengan hobimu untuk mendapatkan penghasilan besar.

Setelah pertemuan dengan teman-teman di hari raya, aku tahu kamu selalu gelisah Kanda. Akhirnya kamu memutuskan untuk merantau. Mencoba untuk mendapatkan penghasilan yang lebih pasti dengan bekerja  kantoran. Meski itu harus menjauhkanmu dari talentamu. Goresan gambar dan ketikan tulisanmu belum bisa membawamu kepada kategori mapan.

Maka, dengan mata yang basah akupun melepaskanmu pergi untuk merantau.  Kini, itu sudah berarti bertahun-tahun yang lalu. Aku masih setia menunggumu. Menunggu  kamu bisa mengubah  senda gurau yang selalu membuatmu jadi obyek bulan-bulanan. Candaan yang membuatmu terhempas dalam lorong, meski kamu masih bisa tersenyum Kanda.

Aku ingin menyampaikan pendapatku, Kanda. Jangan terlalu mendengar omongan orang lain. Biarlah jadi pemicu semangatmu, tapi jangan membuatmu patah. Begitulah manusia memang, terkadang merasa dirinya jauh lebih baik sehingga menjadikan diri orang lain bahan senda gurau, tapi kamu tetap ingin membuktikan dirimu mampu.

***

"Jadi, kamu tidak pulang lagi tahun ini, Kanda?"

"Maaf, Dinda. Sepertinya aku belum bisa. "

"Kenapa?"

"Pantang pulang sebelum menang. Pantang sebelum berhasil"

Ucapan melalui saluran telepon itu pun terjeda sunyi. Dinda terdiam. Kanda tetap pada keputusannya. Lebaran lalu, Dinda pun mulai menjadi bahan senda gurau karena usianya terus merambat naik. Sudahlah,  jangan pilih-pilih, kata mereka.

Orang tuanya pun mengambil tindakan. Lebaran nanti, sudah akan ada calon besan yang akan berkunjung ke rumah. "Buka pikiranmu, Dinda. Usiamu semakin bertambah. Sampai kapan, kamu harus menunggui kedatangan orang tidak jelas, dalam waktu yang juga tidak jelas?" sorot mata ibunya tajam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun