Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sebulan Puasa Ramadan, Saatnya Sebulan Menjaga Hati di Medsos

17 Mei 2019   23:54 Diperbarui: 18 Mei 2019   00:37 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selama sebulan puasa, sebulan juga menjaga hati di medsos. Lebih baik ikut dalam aktivitas nyata ramadan, seperti beribadah ke masjid (dok.windhu)

"Bosan, ih. Setiap buka facebook, dia lagi,  dia lagi,  yang bikin status. Langsung aku tutup aja. Ganti yang lain," kata Jaya, salah seorang teman saat bertemu di suatu kegiatan.

Saya tersenyum mendengarnya.
Salah seorang teman kami memang aktif banget bermedsos. Nggak pernah berhenti. Begitu rajinnya, mungkin ada satu jam sekali dia posting.

Postingan statusnya beragam. Mulai dari apa yang dialami dia hari itu, kisah rumah tangganya, sampai dukungannya terhadap pasangan calon tertentu dalam pemilu presiden.

Bermasalahkah postingan kawan saya itu? Bisa ya, bagi sebagian orang, bisa juga tidak bagi yang lainnya. Sebab, reaksi setiap orang pasti berbeda.

Memang, hak seseorang untuk posting ini dan itu, tetapi postingan yang terus menerus itu, cukup mengganggu yang menjalin pertemanan di facebook. Bisa di-unfriend kalau statusnya tidak bermanfaat sama sekali.

Status Medsos yang Nano Nano
Dalam satu hari, mungkin ada ribuan status di medsos. Namun, status terkait politik, tepatnya mengenai pemilu adalah status yang terpanas di medsos. Terutama menyangkut pemilihan presiden 2019.

Dari masa kampanye, masa tenang, pelaksanaan pemilu, hingga akhir pemilu dan jelang pengumuman presiden, status berbau politik sangat dominan.

Perang tagar, terutama di twitter dan facebook. Jadi obrolan di whatsapgroup, yang terkadang justru membuat jenuh. 

Ya, kalau ngomongin status media sosial, sampai saat ini ada tiga status di media sosial yang biasanya saya ikuti, yakni facebook, twitter, dan instagram. 

Selain tiga akun itu, juga ikut menyimak obrolan yang ada di media whatsapp group, yang jumlahnya lebih dari satu.

Sebagai pemilik smartphone yang selalu terkoneksi internet,  rasanya memang ada yang berbeda kalau tidak membuka akun-akun media sosial yang memang sudah terinstal.

Malahan, terkadang malah jadi ikutan kepo apa yang terjadi di jagat medsos. Rasanya, ada yang kurang kalau ketinggalan informasi. 

Status-status  yang tersebar di medsos, yang jumlah pertemanan di alam maya mencapai lebih dari 1000 orang itu, ada yang positif dan negatif. 

Ada yang informatif, ada yang bermanfaat, ada yang lucu, ada yang sedih, ada yang bikin semangat, tapi ada juga yang bikin ikutan emosi, bikin gemes, bahkan ada juga yang saling menjelekkan satu sama lain. Bermedsos memang bikin rasa nano nano (campur aduk).

Belajar dari Berbagai Kasus Akibat Medsos
Nggak akan ada yang menyangkal ucapan zaman sekarang, kalau nggak bermedsos nggak asyik. Termasuk, kalau nggak bermedsos juga nggak rame. Medsos bahkan bisa jadi ajang mencari penghasilan.

Namun, ternyata bermedsos juga bisa menuai kasus. Dikutip dari Kompas.com, hingga Mei  2018,  ada 7 kasus status media sosial yang pernah dibawa ke jalur hukum. 

Contohnya, Yusniar (27),  seorang ibu rumah tangga di Makassar, Sulawesi Selatan, yang dijerat karena status Facebook yang diunggahnya pada 14 Maret 2016.

Status itu berisi ungkapan kekesalan Yusniar atas kejadian yang menimpa rumah orangtuanya, sehari sebelum status tersebut diunggah. Yusniar  ditahan dengan tuduhan pencemaran nama baik melalui media sosial. 

Contoh lainnya, F (22), seorang warga Desa Sukokerto, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, yang  ditangkap tim Cyber Polres Probolinggo setelah mengunggah status soal tilang di akun Facebook bernama Ferdy Damor pada 15 Desember 2017.

F dijerat Pasal 27 ayat (3) juncto pasal 45 ayat (1) UU RI tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dengan ancaman pidana maksimal 6 tahun dan denda satu miliar.

Wuih, ngeri juga ternyata kalau bermedsos dengan unggah status sensitif. 

Sebulan Puasa, Sebulan Jaga Hati di Medsos

Nah, berkaitan dengan datangnya ramadan, dengan kewajiban untuk menjalankan ibadah puasa,  bermedsos harus lebih dijaga

Puasa kan berarti menahan diri untuk makan dan minum, serta melawan hawa nafsu. Zaman sekarang, termasuk untuk menahan diri dalam mengumbar hawa nafsu melalui status di medsos.

Pastinya, nggak ingin dong, puasa jalan, tapi menulis status nggak perlu jalan juga. Bisa mengurangi pahala puasa, jika ada yang tersinggung. Belum lagi, kalau apes sampai terjerat pidana. Jaga hati di media sosial penting banget, selain jaga diri dari lapar dan haus. 

Berikut, beberapa tips yang bisa dilakukan :
1. Membatasi penggunaan medsos
Berat sih kalau sudah terbiasa mengecek status setiap hari akun-akun medsos yang dimiliki. Yakin deh pasti bisa. Selama bulan puasa, kurangi buka-buka medsosnya. 

Banyak kok yang bisa dilakukan selain bermedsos selama bulan puasa. Misalnya, baca buku yang bermanfaat.

2. Jauhi Akun-akun Medsos yang bernada provokatif
Di tahun politik, akun -akun medsos yang bernada menghasut dan saling menjelekkan cukup banyak. Sebaiknya, nggak usah diikuti postingan statusnya karena bukan bikin tambah adem suasana, tapi malah bisa memanaskan suasana.

Jauhi akun gosip. Nggak baik kalau bulan puasa terpancing oleh status yang tidak baik.

3. Seleksi dan pilih akun medsos yang terpercaya
Jika memang pekerjaan sehari-hari harus bersentuhan dengan medsos, seleksi dan pilih akun medsos yang benar-benar terpercaya. Situs berita yang terpercaya dan punya informasi yang bermanfaat.

4. Tahan Diri dan Cek Ricek Sebelum Posting Status
Kalau dulu mulutmu adalah harimaumu. Sekarang jempolmu adalah harimaumu. Medsos bisa menjadi malapetaka, seperti yang pernah dialami sejumlah orang akibat unggahan status yang terseret pidana hukum.

Tahan diri untuk tidak posting di medsos segala hal yang tidak perlu. Seandainya punya satu masalah atau mengalami kejadian sesuatu yang tidak mengenakkan dengan orang lain, harus coba diselesaikan dulu dengan baik-baik. Jangan asal langsung posting di medsos.

Biasakan selalu untuk cek dan ricek status yang dibuat/ditulis, sebelum diposting ke medsos.

5. Isi waktu dengan bergaul positif
Selama bulan puasa, daripada sambil menunggu waktu berbuka puasa bikin status facebook terus, lebih baik ikut kegiatan positif dan bergaul positif dengan orang yang positiif. 

Perbanyak ngaji dan berzikir, ikut kegiatan masjid, dan lainnya. Semangat beribadah ditingkatkan.

***
Puasa merupakan momen yang tepat untuk menjaga hati dalam sebulan dari medsos. Entah facebook, twitter, instagram, hingga youtube.

Puasa juga saatnya meningkatkan keaehatan mental.

Dalam Kompas.com disebutkan, hasil studi perilaku manusia yang dilakukan tim peneliti di Universitas New York dan Universitas Stanford. 

Hasil studi menunjukkan, jika menonaktifkan akun Facebook selama empat minggu dapat meningkatkan kesehatan mental.

Riset itu dilakukan menjelang pemilihan umum paruh waktu 2018 di AS dan melibatkan 2.844 orang yang menggunakan Facebook selama lebih dari 15 menit setiap hari.

Psikoterapis dari California School of Professional Psychology, Philip Cushman, menganjurkan supaya membatasi penggunaan media sosial setengah jam hingga satu jam per hari.

Nah, di bulan ramadan tahun ini, yang juga bertepatan dengan masih tingginya status medsoss mengenai politik dan pemilu, alaangkah baiknya bisa menjaga hati di medsos selama sebulan penuh.

Bulan puasa, bukan cuma menahan diri dari lapar dan haus. Jaga hati di medsos juga penting!

Sumber :

1. 

https://regional.kompas.com

https://lifestyle.kompas.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun