Batavia alias Jakarta, tak hanya menyimpan kenangan sejarah berupa gedung-gedung tua yang masih kokoh nan megah. Bukan cuma menyisakan bangunan dengan arsitektur yang indah. Pun, tidak sekedar meninggalkan koleksi benda-benda kuno pada masa kolonial dan masa perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.Â
Tahukah jika Batavia, tepatnya di kawasan kota tua Jakarta ternyata juga memiliki kisah menarik  jejak memori perbankan Indonesia? Perjalanan badan usaha yang berkaitan dengan menghimpun dana masyarakat itu bahkan sudah berlangsung lama di nusantara, selama ratusan tahun.
Jejak sejarah perbankan tanah air itu hingga kini masih bisa dilihat dan didatangi. Hal ini  seakan membuktikan, jika Jakarta tidak hanya identik sebagai pusat kekuasaan dan pusat perekonomian. Jakarta juga sekaligus pusat keuangan, sejak masih menyandang nama kota Batavia.
Jadi nggak heran kalau sejak pagi hari pukul 8.00, generasi milenial yang sebagian besar  berasal dari siswa tingkat SMU/SMK dan masyarakat umum, berkumpul di Museum Sejarah Jakarta. Museum yang juga dikenal dengan Museum Fatahillah ini merupakan titik temu dan titik pemberangkatan wisata perbankan.
"Bank-bank besar yang ada, berlokasi di Jakarta. Di kawasan kota tua Jakarta, yang  merupakan pusat pemerintahan Batavia zaman dulu, terdapat bank-bank yang hingga kini dengan mudah dilihat dan dilewati. Bank-bank ini, berlokasi di gedung-gedung tua yang ada, yakni BNI, Bank Indonesia, Bank BTN, Bank Mandiri," tutur Kepala Unit Pengelola Museum Kesejarahan Jakarta, Sri Kusumawati.
Beruntungnya, Â BUMN yang mengelola bank-bank tersebut menjadikan bangunan-bangunan tua yang menjadi milik mereka, dengan memanfaatkannya sebagai museum yang dikelola dengan baik.
Asal Usul Bank di NusantaraÂ
Menyebut kata bank sebagai lembaga keuangan, tentunya sudah akrab dan biasa dalam kehidupan sehari-hari saat ini. Namun tahukah asal kata bank? Sejarawan Kartum Setiawan mengatakan, bank berasal dari bahasa Italia banque atau banca. Artinya, tempat untuk pertukaran uang yang dilakukan di atas meja sambil duduk dibangku. Â
Unik ya, asal usul kata bank? Secara resminya, pengertian bank dalam UU Perbankan No.10/1998 menyebutkan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain, dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup orang banyak.
Nah, bank pertama yang ada di nusantara  adalah De Bank van Leening, yang  berdiri tanggal 20 Agustus 1746 oleh Gubernur Jenderal Baron van Imhoff.  Bank itu kemudian pada September 1752 menjadi De Bank Courant en Bank van Leening. Fokus kegiatan bank sebagai bank sirkulasi dan bank deposito.
 Setelah VOC tidak ada karena bangkrut pada tahun 1799,  barulah mulai tahun 1900-an bermunculan bank-bank laksana jamur tumbuh di musim hujan. Padahal, sistem perbankan kala itu belum ada, apalagi De Bank Van Leening juga seiring  masuknya Inggris ke nusantara.
Nama bank-bank di Hindia Belanda yang muncul  pada abad ke-19 itu antara lain,  Javasche Bank, Escompto Bank, NHM, NIHB, Chatered Bank, BNI, dan Bank of China. Bank-bank ini lebih banyak berfungsi sebagai Bank Perkebunan atau (Cuulturbanken) dalam pembiayaan perkebunan.
Prinsipnya, ada satu bank memberikan dana ke pengusaha untuk melakukan penanaman perkebunan yang sedang laku keras di Eropa. Bank inilah yang membiayainya,  kemudian hasilnya dibawa ke Eropa. Nah, begitu banyaknya bank bermunculan, sehingga di kawasa kota tua ada  jalan yang dinamai jalan bank.
Museum Bank, Ada yang  Terbuka dan Tertutup Untuk Umum
Perjalanan menyusuri jejak memori perbankan di kota tua melibatkan generasi milenial memberikan perbedaan rasa. Keingintahuan, tingkah lucu, hingga pertanyaan-pertanyaan spontan muncul. Â Memangnya, seperti itu? Begitu tanya salah seorang siswa sekolah. Â
Para generasi milenial itu juga tidak ketinggalan dengan melewatkan berfoto-foto dan swafoto di 4 museum yang didatangi. Â Para pemandu pun tak kalah jenaka menimpali polah dengan sapaan, hai gaes...! yang tak jarang mengundang tawa.
Kunjungan memori perbankan di tiga museum, yakni Musem Bank Indonesia, Museum Bank Mandiri, dan Museum BNI dilakukan dengan berjalan kaki. Kunjungan ke satu museum lainnya, yakni Museum BTN yang terletak di Harmoni, dilakukan dengan naik bus wisata Trans Jakarta.
Jika ingin berkunjung ke Museum BNI dan Museum BTN harus melayangkan surat izin kepada pihak bank lebih dulu. Tentunya dengan menyebutkan asal instansi maupun komunitas.
Jadi, kesempatan berkunjung melalui kegiatan wisata kota tua Jejak Memori Perbankan di Batavia, merupakan suatu kesempatan yang baik. Selain itu, ada pemandu yang bersedia menjelaskan tanpa perlu diminta.
Keindahan gedung, arsitektur, dan ornamen-ornamen yang ada di museum bank memberikan daya tarik tersendiri karena merupakan gedung tua. Keunikan lukisan kaca gedung, seperti yang ada di Museum Bank Mandiri bisa dilihat.
Dari  Zaman  Kolonial Hingga Zaman DigitalÂ
Dari koleksi-koleksi  yang ada di dalam empat museum, bisa dipelajari seperti apa uang zaman dulu dan munculnya uang sebagai alat pembayaran, seperti apa mesin cetak uang yang dilakukan, bagaimana orang di masa lalu menyimpan uangnya pada brankas-brankas beraneka ukuran dalam ruang berterali dan berpintu tebal.
Tak hanya itu, perjalanan bank dari periode tahun ke tahun juga bisa dilihat dari zaman kolonial hingga memasuki zaman serba digital. Lengkap dengan dipajangnya foto para pemimpin bank di setiap museum bank. Perubahan penggunaan gedung yang semula rumah sakit menjadi bank, seperti di Museum Bank Indonesia.
Benar juga, jika semakin mengenali yang ada di kotamu, terutama bagi generasi milenial, Â rasa semakin mencintai wilayah tempat tinggal semakin meningkat. Dengan sendirinya juga semakin tinggi sense of belonging dan sense of responsibility .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H