Buat Megawati, menjadi ibu rumah tangga adalah pengabdian yang luar biasa. Namun, apakah lingkungan sebenarnya, sudah bisa membuat perempan lebih dari sekedar ibu rumah tangga? Itu yang setidaknya tertangkap dalam pikiran.
Anak pertama dari proklamator RI ini bercerita, bisa memasak, mengurus anak sendiri, dan tidak mau pakai nanny atau pengasuh  saat tiga anaknya masih kecil. Teman- temannya sampai bertanya mau segitunya, padahal yang menjalani merasa bisa.
Megawati menyayangkan, kenapa kaum perempuan kita hanya mendengarkan, tapi acap tidak bereaksi. Kaum perempuan Indonesia waktu dulu zaman penjajahan lebih aktif. Ibu-ibu ada yang menjadi laskar. Apapun yang dipunya, menyatukan pikiran dan  berdialog sangat intens.
Perempuan Harus Cerdas
Pertanyaan itu berputar dan pernah disampaikan pada para bapak. Apakah pernah berpikir perempuan itu berada di belakang? Menjadi konco wingking bagi pasangannya yang selalu ada di belakang?
Tidak ada salahnya perempuan berdandan dengan cantik, memakai lipstik, dan  berbicara dengan halus. Kemudaian mempercantik diri menggunakan parfum karena untuk diri perempuan sendiri.
Namun, harus juga punya pemikiran cerdas. Pintar dan tahu menyuarakan hak-haknya. Pernah suatu ketika, ada temannya yang datang sambil menangis-nangis. Bercerita akan dicerai oleh suaminya. Perempuan itu bingung bagaimana nanti hidupnya dan bisa mati.
Sebagai perempuan, Megawati menanggapinya dengan harus mampu bangkit sebagai manusia. Jangan berteman dengannya kalau tidak bisa bangun. Perempuan ikut laki-laki karena mencintainya dan berasal dari keluarga baik-baik.
"Masa begini saja sudah mau kiamat. Nggak..!" tukas Megawati, yang berani bicara karena memang  sebuah kenyataan.
Pernah juga, perempuan PDI yang sudah bagus-bagus ikut politik. Tahu-tahu datang menangis. Katanya, sudah tidak bisa ikut kegiatan politik lagi karena suaminya. Padahal sebelumnya sudah dimintakan izin. Suaminya perempuan ini mengancam  untuk memilih partai atau dicerai.
Ibu Mega mengingat saat masih bersama almarhum suaminya Taufik Kiemas. Suaminya Taufik  dijadikan partner, tempat debat dan lainnya. Layaknya seperti burung, sayapnya bisa berjalan bersama. Tidak ada heboh rumah tangga.