Susi mengatakan, di bawah kepemimpinan Presiden RI Joko Widodo, Indonesia berhasil mengubah  perekonomian perikanan negara ini, yang tadinya paling belakang dalam 4 tahun ke belakang. Kini, neraca perdagangan  Indonesia  sudah jadi nomor 1 di Asia Tenggara.
Neraca perdagangan komoditas perikanan RI saat ini mampu mengalahkan  dua negara, yakni Thailand dan Vietnam. Data Badan Pusat Statistik yang telah diolah Kementerian Kelautan dan Perikanan, neraca perdagangan perikanan Indonesia hingga Kuartal I-2018 mencapai surplus US$1,97 miliar.
Salah satu dari empat program prioritas adalah diplomasi kemaritiman yang tentu saja berhubungan dengan  kebijakan dalam sektor kelautan Indonesia. Sebagai tuan rumah dalam pelaksanaan Our Ocean Conference (OOC), Indonesia bakal memanfaatkannya untuk meningkatkan potensi kelautan Indonesia.Â
Dalam Our Ocean Conference (OOC) sendiri, Indonesia memiliki enam isu penting yakni  Marine Polution atau persoalan sampah plastik laut, marine protected area atau kawasan konservasi laut. Saat ini, luasan Marine Protected Area terhitung sangat sempit bila dibandingkan dengan konservasi darat. Sehingga, Marine Protected Area perlu untuk diperluas.
Isu ketiga adalah pengelolaan perikanan berkelanjutan. Indonesia telah menjadi ikon untuk negara lain di dunia dalam memerangi ilegal fishing. Ketegasan diperlihatkan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dengan tindakan tenggelamkan kapal.
Isu keempat adalah Maritime Security. Selama ini kawasan laut seringkali dihadapkan dengan perampokan maupun pembajakan. Negara-negara di dunia dinilai harus ikut serta dalam kerja sama mengurangi dampak-dampak kejahatan di laut.
Isu keenam adalah Blue Economy.  Inilah isu yang disebut-sebut sebagai suatu terobosan dalam mengurangi sampah di laut. Saat ini, plastik tidak hanya menjadi satu-satunya masalah  yang dihadapi di wilayah pesisir, melainkan juga upaya untuk memanfaatkan sampah itu untuk menciptakan lapangan  kerja.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi  dikutip dari laman resmi www.ourocean2018.org secara  tegas menyebutkan,  OOC akan mengumpulkan berbagai komitmen kebijakan dari lintas sektor, yakni dari para pemangku kepentingan, termasuk menteri, organisasi sosial, akademi, dan tokoh masyarakat. "Komitmen akam komitmen dari lintas sektor  untuk menemukan solusi terbaik untuk lautan yang lebih sehat.  Tidak peduli siapa dan dimana  tinggal, lautan adalah bagian penting dari kehidupan kita. Ini adalah tanggung jawab bersama untuk melindungi lautan,"  tutur Retno.
Ya, mengupayakan lautan sehat merupakan tanggung jawab bersama. Â Menjaga laut dan mengelolanya secara berkelanjutan. Â Semua itu membutuhkan tindakan nyata untuk menghadapi berbagai permasalahan laut, mulai dari pencurian ikan, perompak, perdagangan manusia penyelundupan obat-obatan, perbudakan, hingga masalah sampah di laut.