Laut harusnya bisa menjadi samudera kesejahteraan bagi bangsa. Tidak kurang dari 90 % total perdagangan dunia dilakukan melalui jalur laut. Selain itu, lebih dari 60 Â produksi minyak dunia didistrbusikan dengan menempuh jalur laut.
Bahkan tak hanya itu, kekayaan laut dunia sangat  tinggi mencapai USD 24 Triliun. Belum termasuk sumber daya yang ada di dalam laut.  Bahkan, setengah penduduk dunia bergantung hidup  pada sektor perikanan dan rantai pasoknya. Semua itu menggambarkan  begitu pentingnya laut bagi umat manusia.Â
Presiden Joko Widodo menyampaikannya dalam pembukaan Our Ocean Conference (OOC), Senin 29 Oktober 2018. Perhelatan akbar OOC ke-5 ini berlangsung selama dua hari, di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kabupaten Badung, Provinsi Bali.
"Saya sadar bahwa bangsa kami adalah bangsa bahari. Saya sadar wilayah air kami lebih besar dari wilayah darat. Kita semua sadar bahwa wilayah air di bumi kita lebih besar dari wilayah darat. Kita semua sadar bahwa laut adalah adalah masa depan kita, our ocean, our future," kata  Presiden Jokowi, seperti dikutip dari Tempo.com.
Bergantung pada sektor laut dan perikanan. Pemandangan ini dengan sangat mudah dapat ditemukan di sebagian besar daerah di Indonesia. Sebagai negara yang terdiri atas 17.000 pulau yang dikelilingi oleh lautan, sungguh hal ini bermakna sangat besar dengan segala potensi kelautan.
Sektor perikanan, misalnya. Â Sumber daya perikanan yang diambil dari laut telah membuat banyak masyarakat Indonesia yang berstatus sebagai nelayan benar-benar seratus persen menggantungkan hidupnya dari hasil tangkap ikan.
Melalui pedagang ikan yang ada di pasar, masyarakat Indonesia menikmati hasil tangkapan ikan laut sehingga terhidang di atas meja makan. Jangan pernah tanya kandungan gizi yang terdapat dalam ikan. Bisa mencerdasakan kehidupan anak bangsa.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti secara getol mengampanyekan gemar makan Ikan. Kenyataanya, memang ikan hasil tangkapan laut bisa divariasikan menjadi berbagai penganan olahan yang bisa meningkatkan standar hidup seseorang dan masyarakat sekitarnya.
Tak hanya itu, Susi acara briefing terkait penyelenggaraan Our Ocean Conference 2018 Â sepekan sebelum pembukaan di www.cnbcindonesia.commenguatkan keyakinan jika Indonesia saat ini adalah pemimpin dalam sektor perdagangan perikanan di Asia Tenggara.
Susi mengatakan, di bawah kepemimpinan Presiden RI Joko Widodo, Indonesia berhasil mengubah  perekonomian perikanan negara ini, yang tadinya paling belakang dalam 4 tahun ke belakang. Kini, neraca perdagangan  Indonesia  sudah jadi nomor 1 di Asia Tenggara.
Neraca perdagangan komoditas perikanan RI saat ini mampu mengalahkan  dua negara, yakni Thailand dan Vietnam. Data Badan Pusat Statistik yang telah diolah Kementerian Kelautan dan Perikanan, neraca perdagangan perikanan Indonesia hingga Kuartal I-2018 mencapai surplus US$1,97 miliar.
Salah satu dari empat program prioritas adalah diplomasi kemaritiman yang tentu saja berhubungan dengan  kebijakan dalam sektor kelautan Indonesia. Sebagai tuan rumah dalam pelaksanaan Our Ocean Conference (OOC), Indonesia bakal memanfaatkannya untuk meningkatkan potensi kelautan Indonesia.Â
Dalam Our Ocean Conference (OOC) sendiri, Indonesia memiliki enam isu penting yakni  Marine Polution atau persoalan sampah plastik laut, marine protected area atau kawasan konservasi laut. Saat ini, luasan Marine Protected Area terhitung sangat sempit bila dibandingkan dengan konservasi darat. Sehingga, Marine Protected Area perlu untuk diperluas.
Isu ketiga adalah pengelolaan perikanan berkelanjutan. Indonesia telah menjadi ikon untuk negara lain di dunia dalam memerangi ilegal fishing. Ketegasan diperlihatkan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dengan tindakan tenggelamkan kapal.
Isu keempat adalah Maritime Security. Selama ini kawasan laut seringkali dihadapkan dengan perampokan maupun pembajakan. Negara-negara di dunia dinilai harus ikut serta dalam kerja sama mengurangi dampak-dampak kejahatan di laut.
Isu keenam adalah Blue Economy.  Inilah isu yang disebut-sebut sebagai suatu terobosan dalam mengurangi sampah di laut. Saat ini, plastik tidak hanya menjadi satu-satunya masalah  yang dihadapi di wilayah pesisir, melainkan juga upaya untuk memanfaatkan sampah itu untuk menciptakan lapangan  kerja.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi  dikutip dari laman resmi www.ourocean2018.org secara  tegas menyebutkan,  OOC akan mengumpulkan berbagai komitmen kebijakan dari lintas sektor, yakni dari para pemangku kepentingan, termasuk menteri, organisasi sosial, akademi, dan tokoh masyarakat. "Komitmen akam komitmen dari lintas sektor  untuk menemukan solusi terbaik untuk lautan yang lebih sehat.  Tidak peduli siapa dan dimana  tinggal, lautan adalah bagian penting dari kehidupan kita. Ini adalah tanggung jawab bersama untuk melindungi lautan,"  tutur Retno.
Ya, mengupayakan lautan sehat merupakan tanggung jawab bersama. Â Menjaga laut dan mengelolanya secara berkelanjutan. Â Semua itu membutuhkan tindakan nyata untuk menghadapi berbagai permasalahan laut, mulai dari pencurian ikan, perompak, perdagangan manusia penyelundupan obat-obatan, perbudakan, hingga masalah sampah di laut.
Jadi, simaklah bait-bait terakhir puisi Presiden Jokowi yang dibacakan dalam pidato pembukaan OOC. Itulah yang harus diupayakan untuk laut  untuk warisan masa depan.Â
Laut harus jadi samudera kesejahteraan
Laut harus jadi samudera perdamaian
Rawat dan cintailah lautmu, samuderamu
Laut adalah masa depanmu
Our Ocean, Our Future
Our Ocean, Our Legacy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H