2. Mengajarkan anak merencanakan uang
Saat lebaran, anak memiliki uang yang lebih banyak dibandingkan dengan hari-hari yang biasa diterimanya. Dari uang yang diterimanya itu, anak bisa diajarkan mengenai perencanaan uang.
Anak diajarkan untuk membagi-bagi uang yang dimiilikinya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan. Uang yang didapat bisa digunakan untuk  menabung, membantu orang tua untuk membeli keperluan sekolah, atau tambahan ongkos sekolah. Nah, kalau yang didapatkan banyak bisa juga untuk membeli yang sudah lama diinginkan, seperti keponakan saya itu.
3. Mengajarkan Bersedekah
Setelah mendapatkan angpao lebaran berapapun jumlahnya, anak diminta untuk menyisihkan sebagian uang yang diterima sebagai bentuk amal. Istilahnya, setelah sebagai pihak penerima, anak diajarkan naik status sebagai pihak pemberi. Uang yang diambil sebagian dari uang lebaran disumbangkan kepada yang tidak mampu atau dimasukkan ke dalam kotak amal yang ada  Â
Para Pemburu AngpaoÂ
Tidak dipungkiri meski mengandung nilai positif, saat lebaran terkadang ada para bocah pemburu angpao yang memang sengaja datang dari rumah ke rumah. Pernah, lebaran tahun lalu tiba-tiba datang sejumlah anak ke rumah.
Semuanya tidak dikenal karena mereka tidak tinggal di lokasi tempat tinggal yang berbeda. Keinginan mereka sudah bisa ditebak, mengharapkan adanya uang yang dibagikan kepada mereka usai berkunjung.
Nah menurut saya, pemberian angpao menjadi tidak tepat, jika :
1. Semata-mata mengejar uang yang akan didapat dari rumah ke rumah Mengalahkan niat bersilahturahmi itu sendiri. Tradisi pemberian uang saat lebaran bukanlah untuk mengajarkan anak-anak menjadi orang yang suka meminta. Anak-anak yang baik, biasanya tidak pernah meminta sesuatu kepada orang lain begitu saja.
2. Â Bertujuan untuk pamerÂ