Beda dengan ibu sejak dulu selalu meminta, tepatnya menyuruh anak-anaknya untuk menitipkan saja alas kaki yang digunakan. Sepatu atau sandal, dititip saja bila ke masjid. Alasannya, biar nggak repot mencari.
Kalau diletakkan begitu saja di area sebelum tangga masjid, saat pulang pasti agak repot mencari. Bukan tidak mungkin, sandal atau sepatu bisa jungkir balik dan terpencar karena orang lain bisa jadi tidak hati-hati. Intinya, jangan cari repot. Dititip saja di tempat penitipan yang memang disediakan.
Kebiasaan yang diterapkan ibu itu, juga dilakukan kakak. Sayangnya tak semua anaknya mengikuti aturan. Jadinya, malam itu seusai shalat tarawih terjadi kehebohan sandal yang hilang.
Sejumlah orang ikut membantu untuk mencari. Hingga setelah beberapa menit, ada seorang bapak yang membawa sepasang sandal jepit. "Sandal jepitnya yang ini bukan?" tanya bapak itu.
Lita, keponakan saya menggeleng. Sandal jepit yang dipegang bapak itu sudah terlihat jelek. Tampak kotor dan pudar warna karetnya. "Oh, mungkin ada yang tertukar memakai sandal jepitnya saat pulang," ujar bapak itu akhirnya.
Bapak itu menawarkan untuk menggunakan sandal jepit yang ditemukan dan tidak ada yang mengaku pemiliknya itu. Katanya, tak apa-apa asalkan esok hari dibawa lagi khawatir pemilik sandal yang sudah jelek itu mencarinya.
Keponakan saya menggeleng keras. Tidak mau menggunakannya. Akhirnya, ibunya pun mengajak anak-anaknya pulang. Sudah lewat dari pukul 21.00. "Lalu aku gimana? Nyeker?" tanya ponakanku.
Meski jarak masjid ke rumah hanya sekitar 200 meter, jalan kaki nyeker alias tanpa alas kaki bukanlah hal yang menyenangkan. Apalagi, melewati ruas jalan yang cukup ramai kendaraan, baik roda empat maupun roda dua. "Sudah, nanti beli saja sandal jepit lagi di warung pinggir jalan. Kalau nggak ada, terpaksa nyeker," tukas ibunya.
Pencarian sandal jepit malam itu usai. Kakak mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang ikut mencari sandal jepit. Seorang bapak, yang tampaknya pengurus masjid menghampiri dan menyarankan agar besok menaruh sandal di tempat yang sudah disediakan.
 Perbincangan sandal yang hilang ternyata berlanjut di rumah. Ibunya anak-anak agaknya masih penasaran bagaimana bisa sandal jepit hilang. Saat itulah, tiba-tiba dengan takut-takut Lita mengaku. Sandal jepitnya tidak hilang!