Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bertemu Owa Jawa, Si Langka yang Monogami di Gunung Gede Pangrango

21 November 2017   23:59 Diperbarui: 22 November 2017   06:31 1576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Owa Jawa, primata yang berkembang biak secara monogami (dok:pertamina)

Melintasi dalam hutan Bodogol,  Igud sang pemandu menjelaskan banyak mengenai tumbuhan untuk pengobatan.  Ada  paku rane, Kirapet, Luna, hingga tumbuhan hujan. Paku Rane, biasa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk pengobatan. Mulai dari mengobati jerawat dan penghalus kulit, mengobati penyakit maag dan pengobatan ibu pasca melahirkan, sebagai obat  batuk, dan harendong sebagai obat gatal-gatal.

Kami melalui jembatan kanopi pertama di Indonesia, yang dibangun di hutan pada tahun 1998 dengan menggunakan 4 pohon besar untuk menunjang jembatan ini. Panjang jembatan kanopi ini, yaitu 100 meter dengan ketinggian yang bervariasi, 5-25 meter.

Inilah kanopi, yang dibatasi maksimal 5 orang saat melintasinya (dok.windhu)
Inilah kanopi, yang dibatasi maksimal 5 orang saat melintasinya (dok.windhu)
Melewati kanopi (do.windhu)
Melewati kanopi (do.windhu)
Dari kanopi, kami mendengar juga suara Owa Jawa bersahutan (dok.windhu)
Dari kanopi, kami mendengar juga suara Owa Jawa bersahutan (dok.windhu)
Mencintai Alam Melalui Uji Nyali rafting

Keseruan mengenal satwa dan lingkungan di hari pertama berlanjut pada hari kedua, Selasa 14 November 2017. Bangun pagi dari tempat menginap di hotel Amaris, Pakuan, kami bersiap untuk uji nyali melalui rafting di aliran Sungai Cisadane sepanjang 11 KM.

Di atas perahu merah berisi enam orang dengan seorang pemandu bernama kang Udjo, masing-masing memegang dayung untuk mengayuh maju dan mundur.

Rafting di Sungai Cisadane menempuh 11 KM (dok.)
Rafting di Sungai Cisadane menempuh 11 KM (dok.)
Seru ! Ada empat jeram, yakni Jeram Blender, Jeram Kerinduan, Jeram Kuda liar, dan terakhir dam. Melintasi jeram blender,  perahu yang ditumpangi berputar-putar mengikuti aliran air, seperti nama jeram yang diberikan.

Saya terkaget menyaksikan salah seorang teman di perahu saya jatuh saat perahu terhentak  air. Untunglah, sebelum rafting sudah diajarkan sejumlah petunjuk menyelamatkan diri. Dia berhasil menarik tali panjang putih yang diulurkan.

Kegembiraan melintasi sensasi jeram sungai (dok)
Kegembiraan melintasi sensasi jeram sungai (dok)
Sempat berhenti sebentar, dia kembali bergabung dalam perahu  melewati tiga jeram lainnya. Di dam, yang merupakan jeram terakhir, sensasi didapatkan saat perahu melintasi ketinggian 3 meter dan sudut kemiringan 90 derajat.

Dari rafting aliran Sungai Cisadane, saya belajar lebih mengenai alam. Perlunya menjaga sungai dari kebersihan karena memiliki potensi wisata. Saat melintas, sesekali mata saya menangkap tumpukan sampah di sisi kiri dan sisi kanan sungai. Ah, sedih.    

Kekompakan tim dalam mendayung diperlukan. Ini usai melali dam, dengan ketinggian 3 KM dan sudut 90 derajat (dok)
Kekompakan tim dalam mendayung diperlukan. Ini usai melali dam, dengan ketinggian 3 KM dan sudut 90 derajat (dok)
Pemberdayaan Masyarakat dan Pertamina

Menutup rangkaian visit #saveowajawa bersama  pertamina selama dua hari, pengetahuan bertambah dari pemaparan Minanti Putri, Staff CSR Pertamina Asset 3 Subang Field dan Wahyu Widiatmoko, selaku Petroleum Engenering PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field di RM Gumati, Bogor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun