Kami yang di dalam mobil pun terantuk-antuk. Terguncang ke arah kiri dan kanan. Sesekali becek tanah yang beradu dengan roda menciprat airnya ke dalam mobil, mengenai  jaket yang digunakan. Tak apa, ini perjuangan seru karena kami akhirnya bisa bertemu dengan primata bernama Owa Jawa, si langka monogami yang dilestarikan di Bodogol.
Menurut Ibu Badiah, Â Owa Jawa merupakan hewan yang sangat sensitif. Apalagi, bila bertemu dalam jumlah kerumunan orang banyak. Saat itulah saya baru menyadari alasan hanya 5 orang teman kami, yang mendapatkan keistimewaan melihat langsung Owa Jawa yang sedang menjalani rehabilitasi.
Owa Jawa, yang merupakan primata tidak memiliki ekor memang sangat setia. Di TNGG Pangrango Bodogol, jumlahnya hanya ada 13 keluarga. Ya, Owa Jawa hidup serupa manusia. Berkeluarga dan memiliki anak-anak.
Bila terjadi perburuan liar atau pasangannya mati, Owa Jawa yang  merupakan orang  tua bisa mengalami stress. Kehilangan anggota keluarga yang disayangi dapat  mengantarkannya pada kematian.Sehingga, Owa Jawa masuk dalam kategori Endangered Spesies.
Di wilayah Jawa Timur, Owa Jawa sudah punah. Status IUON 2008 Â mencatat, jumlah Owa Jawa kurang dari 40.000 spesies. Karena itulah gerakan #SaveOwaJawa dilakukan.
Bila ada Owa jawa yang berada di masyarakat, selain rehabilitasi, dilakukan habituasi untuk dikembalikan pada alam. Kembali pada habitatnya agar tetap bertahan hidup.
Selain itu, dilakukan penanaman 1000 pohon pakan. Penanaman pohon ini perlu agar Owa Jawa bisa bertempat tinggal di habitat yang sesuai dan nyaman. Lingkungan yang hijau merupakan  prasyarat satwa ini dapat lestari.