Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bertemu Owa Jawa, Si Langka yang Monogami di Gunung Gede Pangrango

21 November 2017   23:59 Diperbarui: 22 November 2017   06:31 1576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Igud, pemandu sedang menjelaskan tentang primata. Owa Jawa menjadi endagered sprecies (dok.windhu)

Kami yang di dalam mobil pun terantuk-antuk. Terguncang ke arah kiri dan kanan. Sesekali becek tanah yang beradu dengan roda menciprat airnya ke dalam mobil, mengenai  jaket yang digunakan. Tak apa, ini perjuangan seru karena kami akhirnya bisa bertemu dengan primata bernama Owa Jawa, si langka monogami yang dilestarikan di Bodogol.

Menurut Ibu Badiah,  Owa Jawa merupakan hewan yang sangat sensitif. Apalagi, bila bertemu dalam jumlah kerumunan orang banyak. Saat itulah saya baru menyadari alasan hanya 5 orang teman kami, yang mendapatkan keistimewaan melihat langsung Owa Jawa yang sedang menjalani rehabilitasi.

Owa Jawa, satwa langka yang monogami (dok:pertamina)
Owa Jawa, satwa langka yang monogami (dok:pertamina)
Namun, saya dan teman lainnya tetap beruntung karena masih dapat melihat Owa Jawa yang tidak sungkan pagi itu menampakkan diri di ketinggian pohon. Cuek bergelayutan dlihat dua puluh pasang mata orang kota, yang berdecak kagum.

Owa Jawa, yang merupakan primata tidak memiliki ekor memang sangat setia. Di TNGG Pangrango Bodogol, jumlahnya hanya ada 13 keluarga. Ya, Owa Jawa hidup serupa manusia. Berkeluarga dan memiliki anak-anak.

Owa Jawa, setia pada satu pasangan dan hidup berkeluarga (dok.pertamina)
Owa Jawa, setia pada satu pasangan dan hidup berkeluarga (dok.pertamina)
Tidak sama seperti satwa lain, misalnya monyet, Owa Jawa memiliki kekeluargaan yang kuat. Tak akan pernah berganti pasangan hingga akhir hayatnya. Hal ini menjadi salah satu tantangan dalam melindungi Owa Jawa. Belum lagi, Owa Jawa seakan taat pada program KB. Hanya bereproduksi tiga hingga empat tahun sekali. Biasanya yang dilahirkan satu ekor. Jumlah anak yang dimiliki pun hanya sekitar 3-4 ekor.

Bila terjadi perburuan liar atau pasangannya mati, Owa Jawa yang  merupakan orang  tua bisa mengalami stress. Kehilangan anggota keluarga yang disayangi dapat  mengantarkannya pada kematian.Sehingga, Owa Jawa masuk dalam kategori Endangered Spesies.

Owa Jawa menjalani rehabilitasi di Java Gibon Centre TNGG Pangrango dan menjalani habituasi di Gunung Puntang, Malabar (dok.pertamina)
Owa Jawa menjalani rehabilitasi di Java Gibon Centre TNGG Pangrango dan menjalani habituasi di Gunung Puntang, Malabar (dok.pertamina)
Untungnya, di TNGG Pangrango, perburuan liar  dan penebangan liar sudah berkurang. Setelah menjalani rehabilitasi di Jakarta Gibbon Centre kemudian dihabituasi ke Gunung Puntang, Malabar, Bandung Selatan, Jawa Barat. Karenanya, dianggarkan Rp.500 juta per tahun untuk pelestarian Owa Jawa.

Di wilayah Jawa Timur, Owa Jawa sudah punah. Status IUON 2008  mencatat, jumlah Owa Jawa kurang dari 40.000 spesies. Karena itulah gerakan #SaveOwaJawa dilakukan.

Bila ada Owa jawa yang berada di masyarakat, selain rehabilitasi, dilakukan habituasi untuk dikembalikan pada alam. Kembali pada habitatnya agar tetap bertahan hidup.

Igud, pemandu sedang menjelaskan tentang primata. Owa Jawa menjadi endagered sprecies (dok.windhu)
Igud, pemandu sedang menjelaskan tentang primata. Owa Jawa menjadi endagered sprecies (dok.windhu)
Agustian Fahrudin Community Development Officer  Pertamina EP Subang Field menyampaikan kondisi Owa Jawa mendorong Pertamina bekerja sama dengan Yayasan Owa Jawa, yayasan yang bergerak di rehabilitasi dan habituasi Owa  Jawa sejak tahun 2013.

Selain itu, dilakukan penanaman 1000 pohon pakan. Penanaman pohon ini perlu agar Owa Jawa bisa bertempat tinggal di habitat yang sesuai dan nyaman. Lingkungan yang hijau merupakan  prasyarat satwa ini dapat lestari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun