SENANG dan tidak menyangka. Rasa itu hadir di hati Nike Lidiyastuti Aritovani (34), saat terpilih sebagai salah satu dari lima peraih Danamon Entrepreneur Awards (DEA) 2017, sebuah ajang pemberian apresiasi atas prestasi wirausahawan Indonesia, yang diinisiatif oleh PT Bank Danamon Indonesia (Danamon).
Usaha abon ikan cakalang milik perempuan yang tinggal di Lateri Ambon, Maluku ini, Â telah mengantarnya menjadi peraih penghargaan di kategori Best Small Entrepreneur.
"Nggak sangka. Bisa juga sebuah usaha yang berasal dari daerah timur terpilih di tingkat nasional seperti ini," kata Nike dengan riang, kepada penulis.
Nike sendiri sebenarnya bukanlah perempuan asli tanah Maluku. Dilahirkan hingga kemudian menamatkan kuliah di Surabaya Jawa Timur, Nike menjejakkan kaki ke Ambon mengikuti suaminya Deddy Kusuma Wardana, yang  ditempatkan tugas kerja di wilayah itu.
Di Ambon, sambil bekerja di sebuah kantor, Nike mulai merintis usaha ikan cakalang secara rumahan pada tahun 2009. Kekayaan laut Maluku dengan sumber daya perikanannya yang melimpah ruah telah memikat hati Nike.
"Maluku itu kaya. Selama ini, setiap kali menyebut Ambon, orang biasanya minta dibawakan oleh-oleh minyak kayu putih. Padahal disini banyak sekali ikan yang dihasilkan," cerita Nike.
Nike melihat seringkali ikan-ikan yang berlimpah  hanya dikonsumsi dalam bentuk utuh dan segar. Berbanding terbalik dengan hasil olahan ikan yang masih minim. Tentu saja, ikan segar tidak akan bisa tahan lama. Tidak bisa juga dijadikan oleh-oleh antar provinsi dengan mudah.
Kalaupun ada ikan yang bisa dijadikan buah tangan, biasanya  dalam bentuk ikan cakalang fufu. Sebuah hidangan ikan cakalang olahan yang dibumbui, diasap dengan menggunakan jepitan kerangka bambu. Masih minim sekali olahan ikan cakalang yang tahan lama dan bisa dijadikan oleh-oleh. Â
Berangkat dari situlah, Nike kemudian berpikir untuk membuat sebuah usaha  yang bisa dijadikan oleh-oleh dari tanah Ambon. Biar tidak hanya itu-itu saja yang dibawa saat pulang kampung, seperti minyak kayu putih dan ikan fufu cakalang.  Nike melihat sebuah peluang menghasilkan produk oleh-oleh kemasan yang mudah dibawa.  Â
Apalagi, Presiden RI Joko Widodo menyebut Maluku sebagai lumbung ikan nasional. Ikan TTC (Tuna,Tongkol,dan Cakalang) merupakan ikan yang paling dominan di perairan Maluku. Â
"Saya berpikir dengan usaha olahan ikan, saya tidak akan pernah kehabisan bahan baku. Ikan bisa didapatkan dengan mudah karena selalu ada," ujar Nike.
Maka, mulailah Nike menjalankan usaha olahan ikan dari rumahnya. Semuanya dilakukan sendiri, dari mulai membeli ikan, mengolah, hingga menjualnya. Nike  yang sebelumnya tak pernah usaha kuliner, mengandalkan hobinya memasak. Belajar mencoba-coba resep masakan sampai meminta saran dari temannya di Manado mengenai pengolahan ikan. Trial dan error selama 3 bulan.
Sambil merintis bisnis abon ikan yang dikeringkan dengan mesin manual dan bermodal awal hanya Rp 1 juta, Nike tetap bekerja di kantoran untuk memenuhi pesanan. Konsumen-konsumen pertamanya adalah orang yang berada di sekitarnya.
Tidak disangka, ternyata peminat abon ikan cakalang dengan nama usaha 'Nacha' disukai orang. Merek usaha Nacha diambil dari Eina dan Echa nama sapaan kedua putrinya, Reina Cheril Nafeeza  (9 tahun) dan Raisha Ashilla Putri (8 tahun).
Semakin banyak jumlah pesanan membuat Nike kemudian berpikir untuk tidak berwirausaha setengah-setengah. Waktu yang dimilikinya untuk mengembangkan usaha abon ikan cakalang memang terbatas. Senin hingga Sabtu masuk bekerja, meski Sabtu masuk setengah hari.
Pesanan abon ikan cakalang secara penuh hanya bisa dilakukannya hari Minggu. Maka, resign alias berhenti bekerja menjadi pilihannya. Namun, langkah itu bukanlah hal yang mudah dan sempat membuatnya gamang.
Orang tua Nike sempat keberatan karena posisi Nike di pekerjaannya sudah enak dan memperoleh gaji pasti yang terbilang mencukupi. Nike adalah seorang sarjana dan menempati  jabatan terakhir sebagai  kepala bagian administrasi di sebuah perusahaan. Â
Ternyata pilihan berhenti bekerja sebagai karyawan merupakan keputusan yang tepat. Menetapkan diri sebagai wirausaha secara  totalitas dan tidak setengah-setengah membuat omsetnya melesat tinggi berkali lipat.
Kini, setiap bulannya, omset yang diraih CV Nacha melalui pengolahan ikan cakalang mencapai sekitar Rp.100.000.000 hingga Rp.150.000.000 per bulan. Omset minimal satu tahun yang diperoleh adalah Rp. 1.000.000.000. Â Â Â
Menjadi seorang wirausaha membuat Nike merasa semakin tertantang. Perempuan ini merasa justru semakin berkembang. Ada saja yang pemikiran yang muncul apalagi yang harus dilakukan untuk meluaskan usahanya.
"Saya semakin banyak belajar. Dari kemasan bahkan hingga mengelola keuangan," ujar Nike.
Belajar dilakukannya terus melalui membaca buku, googling internet, seminar, hingga berkomunitas. Survey harga, rasa hingga kemasan dilakukan untuk mendukung usaha. Berwirausaha menjadikannya selalu belajar dan belajar. Â
Selain itu, salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas produksi olahan ikan adalah dengan memodifikasi alat penggunaan mesin  yang digunakan untuk proses pengeringan. Â
Sebelumnya pengeringan abon dilakukan dengan mesin manual. Sebagai pemilik usaha, Nike memodifikasi  mesin yang dibuat dan dikembangkan dari mesin pengering kopi sedemikian rupa hingga kemudian menjadi mesin pengering abon.
Proses modifikasi mesin dilakukan selama satu tahun berbuah pada hasil produksi yang lebih efektif dan lebih cepat. "Saya hanya berpikir kalau pesanan saya bertambah menjadi seribu kemasan, bagaimana cara memenuhinya. Tidak bisa dengan cara biasa," tutur Nike. Â Â
CV Nacha  pun berkembang. Berdasarkan survey dan saran, ternyata konsumen di wilayah berbeda menginginkan rasa berbeda. Karenanya, varian rasa pun dimunculkan.Untuk produk yang dihasilkan, hingga saat ini ada 3 jenis yaitu sebagai berikut:
1. Abon Ikan Cakalang (5 Varian Rasa), yakni Abon Ikan Cakalang Original, Abon Ikan Cakalang Rasa Bawang, Abon Ikan Cakalang Ekstra Ikan Teri, Â Abon Ikan Cakalang Rasa Pedas, dan Abon Ikan Cakalang Rasa Manis.
2. Dendeng Ikan Cakalang (2 varian rasa, yakni Dendeng Ikan Cakalang Original dan Dendeng Ikan Cakalang Pedas
3. Sambal Cakalang
Nacha juga menerapkan konsep HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point), GMP (Good Manufacturing Practice) dan SSOP (Sanitasi Standar Operasional Procedur) untuk menjamin kualitas, keamanan, dan higienis.
Saat ini  CV Nacha punya Nike memiliki  4 orang karyawan bagian produksi dan 5 orang karyawan bagian pemasaran.  Semua karyawannya ini berasal dari masyarakat sekitar rumah produksinya, dengan pendidikan mulai SMP hingga S1.
Berkat usaha abon ikan cakalang, Nike yang dulunya pekerja sekarang memperkerjakan orang. Kiprahnya mendapat sambutan hangat dari masyarakat setempat.
Nelayan bisa mengirim langsung hasil ikan tangkapan ke rumah produksi atau  diambil langsung oleh pihak Nacha dari tempat pendaratan Ikan. Rumah produksi Nacha BTN Manusela, Lorong Batako, Kebun Cengkeh, Batu Merah, juga sering menjadi lokasi bahan skripsi dan tugas akhir mahasiswa dari perguruan tinggi di Ambon.
Selain itu, Nike dapat memberdayakan perempuan pesisir  karena menjadi bagian dari Komite Wanita Pesisir. Kiprahnya  ini membuatnya  mendapat sejumlah penghargaan dari tingkat lokal hingga Kementerian Kelautan dan Perikanan.  Memperoleh liputan media lokal sebagai seorang pengusaha abon ikan cakalang.
Siapa pun bisa menyantapnya mulai dari anak-anak hingga orang tua. Bahkan untuk ibu hamil dapat memenuhi kebutuhan pembentukan sel pembuluh darah dan jantung janin. Jadi, usaha pengolahan ikan seperti abon cakalang di Indonesia memang sangat berpeluang besar. Â "Potensinya masih besar karena ikan yang tersedia di laut juga banyak," tukas Nike mengakhiri percakapan.
Danamon Awards 2017 dan Para Juri
Danamon Entrepreneur Awards (DEA) 2017 diikuti oleh 607 aplikasi yang kemudian  menghasilkan 5 peraih yang terbagi dalam kategori Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Social Entrepreneur, serta fintech.
Gunawan Te, Small Medium Entreprise Business Head Danamon mengatakan, peraih penghargaan DEA 2017  telah menunjukkan  kekuatan segmen UKM dalam menciptakan dampak positif terhadap perekonomian, kesejahteraan masyarakat sekitar, serta budaya inovasi.
Para peraih terpilih melalui dua tahap penjurian oleh Dewan Juri DEA 2017 yang terdiri dari T. M. Zakir Machmud Ph.D (Kepala UKM Center FEB UI), Ir. Yuana Setyowati, MM (Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM), Restu Pratiwi (Direktur Eksekutif Yayasan Danamon Peduli), Junanto Herdiawan (Plt Kepala Fintech Bank Indonesia), Ardian Taufik Gesuri (Pemimpin Redaksi Harian Kontan), Â serta Sebastian Togelang -Founder dan Managing Director of Kejora Group (Kejora Ventures).
Lima peraih akan menerima penghargaan di acara penganugerahan DEA 2017 tanggal 6 Desember 2017. Meski demikian, akan ada satu peraih favorit pilihan masyarakat yang ditetapkan berdasarkan hasil voting pilihan dan dukungan  masyarakat melalui website dan media sosia. Untuk itu, dukung Nike Lidiyastuti Aritovani sebagai peraih favorit Danamon Social Entrepreneur Awards 2017 disini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H