"Senang ikut event seperti ini. Seru-seruan dan sehat. Banyak teman-teman juga yang ikut," katanya.
Buat Wahyu, MJM tahun 2017 ini lebih baik ketimbang tahun sebelumnya. Cuaca bersahabat. Â Lama-lama menjadi terang dengan munculnya sinar matahari. Tidak hujan seperti tahun 2016 lalu.
Ice pool juga disediakan untuk para pelari. Dalam gelaran marathon, tak sedikit pelari yang terpincang-pincang dan merasa lepuh pada kaki setelah berlari, lalu merendam kakinya sehingga merasa nyaman.
 Meski MJM tahun ini lebih baik, Wahyu meminta bila pelaksanaan tahun depan lokasi lari lebih steril kendaraan karena pelari harus super hati-hati agar tak bersentuhan dengan kendaraan. Apalagi, berbarengan dengan keramaian masyarakat melakukan car free day.
 Tidak sedikit pelari yang memutuskan ikut berlari maraton di ajang MJM untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuhnya.  Tidak perlu takut jika memang bukan atlet professional.
Misalnya saja, Kompasianer  Daniel  Mashudi. Dalam tulisannya di Kompasiana berjudul  Everybody  Can  Be A Marathon Runner,bilang kalau setiap orang bisa jadi pelari maraton. Punya bakat ataupun tidak asal berlatih. Â
Dimulai dari lingkungan perumahan hingga akhirnya secara bertahap ikut lomba lari dengan jarak tempuh 3,5,10, hingga Marathon. Di MJM Â 2017, lelaki ini akhirnya bisa menuntaskan Full Marathon 42,195 KM Â meski dengan catatan waktu 6 jam 50 menit
Alasan kesehatan, juga diungkapkan oleh Kompasianer Harris Maulana yang untuk pertama kalinya ikut MJM, dengan mengambil kategori 5 KM. Lari merupakan keinginan untuk sehat setelah memutuskan berhenti dari kebiasaan merokok. Lari menjadi pilihan untuk menaklukan diri sendiri.
"Padahal kaki kirinya baru saja sembuh luka karena jatuh. Kakaknya pun masih tidur di rumah," kata Ira, ibunya menunjuk kaki anak nya yang ingin sekali menjadi atlit lari.