Hermawan mengatakan, bank memiliki kekurangan tidak mampu memberikan produk/layanan yang mirip seperti fintech.  Di sisi lain, fintech tahu persis yang diinginkan oleh customer dan  tidak bisa dipenuhi bank. Fintech masuk dengan fitur yang lebih bagus dan menarik. Biaya yang lebih murah. Bahkan ada yang gratis.
Bank tahu harus mengisi tetapi mengalami kesulitan. Bukannya tidak mau, tapi bank sebagai perusahaan harus mengikuti regulasi. Berbeda dengan fintech yang tanpa regulasi. Tidak ada suatu hambatan dan aturan yang harus diikuti.
Fintech bisa dengan mudah dan fleksibel membentuk  suatu produk atau  fitur untuk diluncurkan. Syukur kalau bagus. Kalau tidak, ya sudah.Hari ini jelek/kurang bagus, minggu depan atau bulan depan start up bisa langsung ganti.
Bank, kalau mau ganti fitur harus ada uji kelayakan dulu, mempertimbangkan faktor keamanan, risiko, dan  izin yang harus dikantongi.  Semua ini merupakan kelemahan bank, namun menjadi kelebihan fintech.
Kalapun di fintech ada layanan hampir mirip seperti itu, kata Hermawan, pasti di belakangnya ada suatu bank. Bukan fintech sendiri yang melakukannya. Â Kelebihan lainnya, bank memiliki keunggulan modal yang lebih besar dengan nasabah yang sudah ada. Uangnya ada, brandnya ada, fisik gedungnya ada. Bank sudah punya pengalaman dalam hal prosedur, sistem keamanan, meningkatkan skalabiliti sistem, integriti sistemnya.
Fintech dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Pengamat ekonomi Faisal Basri mengatakan, ekonomi digital merupakan peluang mengakselerasikan pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang saat ini melambat. Terlihat lesu darah dan kurang energi.
Faisal menyoroti financial Inclusion Index Indonesia, berdasarkan data World Bank yang hanya berada pada angka 36,1. Masih tertinggal dengan negara-negara lain, bahkan dengan Singapura dan Malaysia. Hal ini menunjukkan hanya 36,1 % penduduk usia dewasa di Indonesia yang terhubung ke Bank.
Derajat keterbukaan (degree of openness) perekonomian Indonesia turun terus selama 16 tahun terakhir. Padahal seluruh negara, menunjukkan perekonomiannya semakin terbuka dengan ekspor dan impor. Produk yang diekspor Indonesia saat ini semakin kecil.