Di Sumatera, contohnya dari terminal bahan bakar minyak (TBBM) Bengkulu masih perlu dibawa ke SPBU pedalaman 300 Km. Maka tak heran biaya distribusinya mencapai Rp 1.177,-/liter
Sementara di Rote Ndao, penyaluran BBM sering menghadapi kesulitan karena  kondisi ombak yang tingginya mencapai 2 meter. Pola distribusi BBM di tempat ini, setelah dari TBBM Tenau, diangkut dengan mobil tangki-drum, Kapal kayu/kapal laut motor, truk, hingga ke agen premium, minyak, dan solar (APMS).
Tantangan penyaluran distribusi BBM pun terjadi di Kalimantan. Pola distribusi BBM-nya, dimulai dari terminal BBM, dibawa mobil tangki, dimasukkan ke drum, dibawa melalui kapal long boat, baru disampaikan ke APMS. Jarak dari TBBM Samarinda (Kaltim) ke APMS Ratah Indah (Kaltim) mencapai 560 Km.
Bila tiba di daerah riam atau jeramnya yang tidak bisa dilalui long boat, BBM harus dipindahkan ke drum yang lain di hulu riam. Saat akan melewati riam/ jeram yang sulit, beban BBM harus dikurangi setengahnya. Kemudian  diangkut dua kali. Sungai perlu ditembus dengan berbagai jenis kapal.
Dari TBBM Pontianak (Kalbar) Â berjarak 255 Km keTBBM Sintang (Kalbar). Biaya distribusi Terminal BBM Samarinda/APMS Hulu Sungai Mahakam mencapai Rp 1.051/liter.
Untuk distribusi ke masyarakat Papua lebih rumit lagi. Distribusi BBM dilakukan melalui metode darat, laut/sungai, dan udara. Untuk wilayah pegunungan yang sulit dijangkau, misalnya sekitar Wamena, Oksbil, dan pegunungan bintang dilakukan dengan pesawat udara.
Untuk wilayah Merauke dan sekitarnya,menggunakan tongkang/landing craft tank maupun via darat (mobil dan tangki barang berisi drum). Akibatnya, hal ini tengtu saja menyebabkan biaya distribusi BBM ke wilayah Maluku dan Papua relatif cukup tinggi.
Mendistribusikan BBM jalur pegunungan Papua harus melakukan bongkar muat BBM di Bandara Sentani, bongkar muat BBM di Bandara Wamena, Â dan memerlukan pesawat transportasi pengangkut BBM saat ini.
Meski jalur distribusi BBM Â memiliki tantangan masing-masing di setiap daerah, terutama yang terluar, terpencil, dan tertinggal (3T), pemerintah telah mencanangkan Program BBM Satu Harga yang mulai dilaksanakan 1 Januari 2017.
Hal ini untuk mewujudkan pemerataan bagi seluruh rakyat Indonesia. Setuju banget sih dengan kebijakan ini. Nggak boleh ada yang merasa diperlakukan nggak adil karena distribusi BBM.
Untuk menuju program BBM Satu Harga, pemerintah menugaskan pertamina untuk membangun lembaga penyalur di 148 kabupaten/kota hingga 2019 yang harga BBM-nya masih mahal. Program ini ternyata efektif, lho! Harga premium dan solar sejumlah wilayah sebelum dan sesudah program BBM satu harga ada perubahan.