Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

#Art4All, Senyum dan Ketenangan dari Seni Gambar Tak Berbatas Usia

23 Agustus 2017   23:57 Diperbarui: 29 Agustus 2017   10:18 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ini menggunakan teknik patterning, pointilism, squiglgling, shading, dan contouring (dokpri)

Dengan menggambar,  pun terasa lebih mudah saya dekat dengan anak-anak teman saya. Termasuk kini dengan para keponakan-keponakan, yang biasanya mendekati saya dengan membawa buku gambar, kertas putih, pensil, dan pensil warna.

Bila ada waktu, saya akan mulai menggambar. Biasanya, Arya, keponakan saya pun akan tertawa bangga dan memamerkan gambarnya sambil bertanya,"Tante bagus kan gambarku? "

Biasanya, saya akan mengangguk. Soal warna yang dipilih, untuk anak-anak tidak perlu dipersoalkan. Saya setuju pak Tino Sidin, yang selalu mengatakan "Bagus" untuk setiap hasil karya yang dibuat anak-anak.

Menggambar dapat dilakukan di media mana saja, termasuk payung (dokpri)
Menggambar dapat dilakukan di media mana saja, termasuk payung (dokpri)
Biarlah warna awan itu merah. Biarlah warna burung itu biru, atau biarlah warna dedaunan itu cokelat. Tidak ada yang perlu dipersoalkan. Anak-anak memiliki daya imajinasinya masing-masing untuk diungkapkan sebagai sebuah karya. Secara perlahan, mereka akan mewarnai gambar yang mereka buat sendiri dengan warna seperti yang mereka lihat nantinya.

Satu hal, dengan menggambar, menggoreskan pensil, dan mewarnainya, sebuah komunikasi dengan mudah terhubung antara saya dan anak-anak. Gambar menjembatani bahasa saya yang dengan mudah diterima mereka yang masih anak-anak.  Bagus atau tidaknya gambar yang dibuat, itu sangat relatif sekali. Banyak hal yang menjadi penilaian. Namun bagi saya, rasa bahagia yang hadir itu lebih dari segalanya.

Melalui gambar pula, saya yang dulunya sangat pendiam ini akhirnya mulai bisa menumbuhkan percaya diri saya secara perlahan. Dulu, saya pun tidak mengerti ketika beberapa teman sekolah meminta untuk digambarkan wajahnya.

Saya penuhi permintaan itu. Untuk mengatasi kurang mampunya saya menggambar langsung, biasanya saya meminta mereka memberikan pas foto untuk saya tiru.

Gambar yang saya buat memang lebih banyak meniru atau mencontoh. Ternyata itu saja  sudah membuat  teman-teman senang.

Termasuk ketika saat lomba kaligrafi antar kelas yang pernah digelar saat sekolah menengah. Saya tidak tahu kenapa saat itu yang tadinya akan menjadi peserta akhirnya mundur. Sayang karena tidak ada wakil dari kelas, akhirnya saya menawarkan diri.

Alat untuk menggambar dan mewarnai (dokpri)
Alat untuk menggambar dan mewarnai (dokpri)
Baguskah hasilnya? Haha, dalam keadaan dadakan dan memang belum pernah membuat kaligrafi sebelumnya, tentu saja kalah. Itu tak jadi soal karena saya lihat teman-teman senang karena ada yang mewakili kelas. Gambar  sebagai sebuah seni melunakkan penerimaan teman-teman terhadap saya.  

Memasuki dunia kerja, kegiatan gambar menggambar agak terlupakan. Maklum, bekerja dalam bidang yang tidak ada hubungannya dengan gambar menggambar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun