Setiap kali melewati sepanjang jalan Sudirman-Thamrin, Bundaran Hotel Indonesia (HI) hingga Lebak Bulus, warga Jakarta tentunya melihat pembangunan moda transportasi massal Mass Rapid Transportation (MRT). Siang dan Malam, selama bertahun-tahun, pengerjaan Angkutan Cepat Terpadu Jakarta ini seakan tak berhenti.Â
Keberadaan MRT ini diharapkan sebagai sarana transportasi pengurai kemacetan yang ada di Jakarta. Tentu saja, menawarkan solusi transportasi yang berbeda dengan transportasi umum massal yang sudah ada saat ini.
Bahkan, dengan semangat, teman saya berkata senang seandainya MRT sudah jadi, maka tidak perlu lagi ke negara tetangga Singapura untuk tahu rasanya naik MRT. Kenapa? Ya, karena MRT akan hadir di Jakarta.
Hal yang pasti adalah lebih dari 3,5 tahun masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jakarta melihat pengerjaan MRT, sejak pertama kali diresmikan pengerjaannya pada Oktober 2013 oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo saat itu, dengan dana dari pinjaman lembaga keuangan Japan International Cooperation Agency (JICA).
1. Pengerjaan MRT Tinggal 25 % lagi
Pembangunan konstruksi MRT secara keseluruhan hingga Rabu 5 Juli 2017 mencapai 74, 89 %. Rinciannya, yakni meliputi 62,42% struktur layang (elevated section) dan 87,48 % struktur bawah tanah (underground section). Hal ini berarti tinggal 25, 11 % lagi pengerjaan yang tersisa.
Ini hal yang menggembirakan tinggal seperempat langkah pengerjaan lagi masyarakat Jakarta dan Indonesia dapat menikmati dan bisa merasakan jadi penumpang MRT. Merasakan lajunya mengurai kemacetan dengan transportasi bergengsi ini, di tengah kota Jakarta.
Masih ada kendala dalam pembebasan tanah, yang masih berada dalam proses hukum seperti banding dan kasasi. Belum berhasilnya pembebasan empat bidang tanah dalam pembangunan Stasiun Haji Nawi, dapat menyebabkan pembangunan stasiun ini mundur dari target waktu.