Saya terbawa gusar saat Djenar Maesa Ayu yang tampil sebagai ibu tiri, terlihat tidak suka pada kecemerlangan anak-anak tirinya.Di balik sikap kejamnya, perempuan ini pun terpaksa menikah sebagai kedua ayah Kartini demi keluarga.
Namun selain hanyut dalam kesedihan, saya juga ikut tertawa dan tersenyum melihat akting kekompakan tiga saudara, Kartini, Roekmini, dan Kardinah. Gaya tomboi dan riang Kartini, yang dibawakan Dian Sastro.
Kartini pada akhirnya memang harus menikah dengan Bupati Rembang Djoyo Hadiningrat, lelaki yang telah memiliki tiga istri dan telah memiliki enam anak. Pun nasib serupa juga dialam saudara-saudara perempuannya yang juga harus rela dipoligami.
Buku kumpulan surat Kartini berjudul Door Duisternis Tot Lich, yang kemudian diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang ini tetap memberikan inspirasi. Betapa jauhnya pemikiran Kartini yang masih muda. Tubuh boleh terpasung tetapi pikiran dan jiwa harus terbang sebebas-bebasnya.
Menonton film Kartini akan mengenal sisi lain Kartini, pejuang pendidikan bagi kaum perempuan. Kegelisahan dan kondisi yang dialaminya kala itu. Sayang sekali bila film ini dilewatkan karena semakin lengkap dengan iringan soundtrack yang dibawakan Melly Goeslaw dan Gita Gutawa. Liriknya menarik,” Memang kenapa bila aku perempuan? Aku tak mau jadi budak kebodohan.”
Keterangan : gambar diambil dari trailer film Kartini
Film terkait Kartini : Surat Cinta Untuk Kartini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H