Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Pemikiran Kartini yang Cerdas dan Modern dalam Film Kartini

11 April 2017   11:59 Diperbarui: 10 November 2017   12:19 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membebaskan Kekakuan Adat Kakak Adik

Kartini  tetap mengikuti aturan adat dan ningrat Jawa dengan menjaga adat sopan santun, untuk menghormati kakak-kakak lelaki dan perempuannya.  Berjalan sambil jongkok, berbahasa Jawa kromo, menyembah dengan mempertemukan dua tangan,  dan menjalani ritual pengasapan dupa untuk wangi tubuh.

Namun, dengan kedua adik perempuannya, Kartini membebaskan kekakuan adat sopan santun. Dalam salah satu suratnya kepada Stella E. H Zeehandelar, dengan tegas Kartini mengungkapkan : Di antara kami tidak ada kekakuan, yang terlihat hanyalah persahabatan dan ketulusan hati. Adik-adik beraku-engkau kepada saya dan berbahasa sama dengan saya.

Sebagai kakak, Kartini membebaskan dua adiknya dari kekakuan adat kakak dan adik.
Sebagai kakak, Kartini membebaskan dua adiknya dari kekakuan adat kakak dan adik.
Maka, dalam film Kartini yang diproduseri Robert Ronny ini, Kartini yang lincah dengan sebutan Trinil mengajak kedua adiknya untuk duduk nangkring di atas tembok. Bermain dan tertawa bersama. Kartini terlihat sebagai gadis yang tomboi.  

Masih dalam surat Kartini kepada Stella, melalui tulisannya Kartini mengungkapkan banyak yang  mencelanya. Sering disebut sebagai anak-anak tanpa pendidikan, sering melompat-lompat, sering tertawa terbahak-bahak dan memperlihatkan banyak gigi, yang dianggap perbuatan tidak sopan.  Namun, di sisi lain, banyak orang yang terpukau dengan kekompakan dan kebersamaan Kartini dan kedua adik perempuannya.

Pemikiran Melampaui Zamannya

Tidak ada bahan bacaan yang dilewatkan Kartini. Buku, majalah, surat kabar, dan banyak karangan dibacanya. Kartini pun menuangkan buah pikirannya dalam bentuk surat menyurat dan membuat tulisan.Tulisan  Kartini berjudul Perkawinan pada Suku Koja dimuat dalam Bijdragen Koninklijk Instituut. Kartini membuat tulisan mengenai batik membatik untuk Pameran Karya Wanita.

Tiga saudara perempuan bersama ayahnya Bupati Jepara R.M.A.A Sosroningrat dalam sebuah pertemuan yang dihadiri banyak warga Belanda
Tiga saudara perempuan bersama ayahnya Bupati Jepara R.M.A.A Sosroningrat dalam sebuah pertemuan yang dihadiri banyak warga Belanda
Ayah Kartini R.M.A.A Sosroningrat memang membolehkan putri-putrinya untuk bersekolah sebelum dipingit, yang dianggap bertentangan dengan adat. Saat itu, adat  menganggap perempuan tidak memerlukan kepandaian. Kewajiban perempuan hanya mengurus rumah tangga.

Sosroningrat meyakini suatu saat nanti zaman pasti akan berubah. Bahka ayah Kartini membawa anak-anak perempuannya tampil di muka umum. Menghadiri pertemuan yang dihadiri orang-orang Belanda

Meski demikian, ayah Kartini masih belum dapat mengizinkan saat Kartini meminta pendidikan yang lebih tinggi. Hadangan timbul dari saudara-saudaranya, yang khawatir nantinya perempuan ingin jadi bupati.   

Selain tulis menulis, Kartini, Roekmini, dan Kardinah memajukan kerajinan ukiran di wilayah Jepara dengan mengenalkan melalui pameran dan menyalurkan pesanan ke luar ngeri. Para pengrajin pun diajarkan berbagai motif ukiran. Hingga kini, Jepara sangat dikenal dengan bagusnya ukiran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun