Kekerasan terhadap perempuan bisa apa saja, bisa terjadi dimana saja.Korban dan dan pelaku bisa berlatar belakang profesi dan pendidikan apa pun. Namun, yang kerap kali terjadi di tempat umum adalah pelecehan seksual. Mulai dari siulan, godaan, lirikan nakal, colekan, ataupun hadangan yang kerap dilakukan laki-laki tidak benar, yang sudah pasti membuat tidak nyaman perempuan.
Di tempat yang sempit banyak orang, terkadang ada laki-laki pelaku pelecehan yang berusaha menggesekkan dan menempelkan kemaluannya kepada perempuan, yang ada di dekatnya. Bahkan, ada yang tanpa malu sengaja memperlihatkan kemaluannya kepada perempuan yang kebetulan melintas.
Penuh ekspresi, para perempuan yang menjadi peserta pelatihan Women Self Defense Kopo Ryu (WSDK) bercerita pengalaman tidak enak yang pernah dialami pada Jumat 23 Desember 2016 sore. Saat itu dari atas panggung, coach Eko Hendrawan, pelatih bela diri WSDK sedang mengenalkan dan menjelaskan bagaimana cara perempuan dapat membela diri di berbagai kesempatan.
Pastinya, para perempuan yang tergabung dalam komunitas Ladiesiana Kompasiana, di Mitra Terrace, Jl. Jendral Gatot Subroto, Jakarta Pusat, sangat antusias. Para anggota komunitas yang semuanya perempuan itu langsung mengungkapkan kejadian yang kerap dialami perempuan di tempat umum, termasuk aksi kejahatan berupa pencopetan dan penodongan.
Coach Eko Hendrawan yang datang khusus dari Bandung untuk kegiatan Ladiesiana itu mengatakan, untuk itulah perempuan harus memiliki kemampuan melindungi diri. Kemampuan bela diri (self defense) sangat penting karena perempuan tidak bisa selalu mengandalkan orang lain untuk memberikan pertolongan.
“Perempuan jangan diam saja kalau ada kejadian. Harus berani,” ujar Eko.
Ya, perempuan yang tinggal di kota besar seperti Jakarta, seringkali harus pulang malam sendiri untuk berbagai keperluan. Jumlah yang menggunakan kendaraan umum sangat banyak. Saya salah satunya. Nah, kemampuan melindungi diri sangat penting dimiliki. Keahlian bela diri menjadi solusi.
Belajar bela diri atau Self Defense nggak berarti asal menyerang tak tentu arah bila terjadi suatu kejahatan atau kekerasan. Setidaknya, perempuan lebih waspada dan tahu tindakan yang harus dilakukan, sehingga mampu menghindar dari kemungkinan buruk yang mungkin terjadi.
Tambah ngeri jika membaca berita-berita mengenai pelecehan dan kekerasan terhadap perempuan. Dengan mengetikkan kata pelecehan di mesin pencari google, segera bermunculan banyak artikel dari berbagai situs.
Semakin sesak, jika teringat kasus pemerkosaan berkelompok yang berujung kematian Yuyun, remaja asal Rejang Lebong, Bengkulu tahun 2016 ini. Kasus ini mampu menggerakkan orang untuk mengutuk perbuatan biadab dan para pelaku yang keji.
Seperti yang dikutip dari Kompas.Com, Komnas Perempuan menyampaikan, sebanyak 16.217 jumlah kasus dapat didokumentasikan dari 232 lembaga mitra Komnas Perempuan di 34 provinsi. Kekerasan terhadap perempuan yang paling menonjol kekerasan terjadi di ranah personal.
Catatan tahunan yang disampaikan terkait dengan hari perempuan Internasional 8 Maret 2016 itu menunjukkan terjadi kenaikan data jenis kekerasan seksual di ranah personal dibanding tahun sebelumnya, yakni 11.207 kasus. Di ranah komunitas, terdapat 5.002 kasus kekerasan terhadap perempuan. Sebanyak 1.657 kasus di antaranya jenis kekerasan seksual.
Bela Diri Pakai Apa?
Beragam pertanyaan diajukan para perempuan Ladiesiana. Mulai dari bagaimana cara melindungi diri, mengatasi rasa takut yang muncul saat ada kejahatan, memiliki postur tubuh perempuan yang lebih kecil dari laki-laki, hingga dengan alat apa perempuan bisa membela diri?
Bela diri yang diajarkan benar-benar praktis tapi bisa melumpuhkan. Jauh dari kesan yang sulit dan menakutkan. Malahan menyenangkan dan mudah bisa dilakukan asal tahu caranya. Coach Eko Hendrawan memeragakannya langsung dengan bantuan Satto Raji, yang pura-puranya menjadi pelaku kejahatan di atas panggung Mitra Terrace. Kompasianer Yayat memandu acara.
Women Self Defense Kopo Ryu (WSDK) yang diajarkan coach Eko, tidak sekedar menendang dan menangkis. Dalam WSDK, ada yang dikenal 4 P, yakni
1. Pray atau kekuatan doa
Saat akan mulai beraktivitas, harus berdoa kepada Allah sebagai sebaik-baik pelindung bagi manusia.
2. Prediksi
Kemampuan membaca situasi. Contohnya, saat naik angkot jangan mengeluarkan handphone tanpa melihat keadaan sekeliling. Bisa memancing orang melakukan tindakan kejahatan di depan umum. Padahal bisa diminimalkan kemungkinan terjadinya.
3. Preventif atau Persiapan
Setelah membaca situasi, keluarkan apa yang ada di dalam tas sebagai senjata perempuan. Semua bisa digunakan untuk bela diri, dari pulpen sampai parfum.
4. Proteksi
Proteksi maksudnya mau berlatih supaya berdaya dan paham konsep bela diri. Tujuannya, selain percaya diri juga perlu ketenangan diri.
WSDK (Women Self Defense Kopo-ryu) adalah bela diri khusus perempuan yang sifatnya praktis. WSDK diciptakan di jalan Kopo Bandung oleh H. Sofyan Hambally yang merupakan seorang praktisi beladiri penyandang sabuk DAN VI Karate International (WKKO) dan tingkatan DAN VI Ju-Jitsu (WJJKO)
Mengenali titik lemah laki-laki penting bagi perempuan. Saat terjadi pelecehan, ingatkan dengan pandangan mata tak suka. Jika berlanjut, keluarkan lisan seperti berteriak. Setelah itu baru lakukan kekuatan fisik. Gunakan kekuatan pinggul, siku, kepala atas untuk mendorong pelaku. Siku merupakan bagian padat yang bisa digunakan untuk menyerang dagu, perut, kepala, dan selangkangan. Jangan berpikir tidak tega.
Injak kaki pelaku, lakukan dengan cepat pada bagian alat vital laki-laki sebagai salah satu titik lemah. Tangan dan jari bisa digunakan untuk mencengkeram dan mencolok mata. Ingat, saat mengeluarkan benda dari dalam tas, pegang dalam keadaan tangan mengepal. Kenapa? Karena dengan mengepal kekuatannya menjadi 3x lipat dibandingkan dalam keadaan tangan kosong biasa.
Setelah memeragakan di atas panggung, secara berpasangan dua orang, setiap ladies bergantian harus praktik bela diri dengan memerankan jadi korban dan pelaku kejahatan. Wah, ternyata teknik bercermin dan menggaruk efektif, lho! Cukup berasa sakitnya sehingga membuat cengkraman tangan bisa terlepas !
Kalau ini, tentu saja ada pada kemampuan prediksi atau membaca situasi. Perempuan harus peka terhadap lingkungan. Selalu ada jarak tertentu sebelum korban berada langsung di depan korban. Kewaspadaan harus tetap ada meskipun dengan orang yang sudah dikenal. Bila tidak memungkinkan, berlari pun bisa dilakukan.
Ingat kasus Yuyun? Ada pelaku yang ternyata kenal dengan korban. Meski tak semua, sejumlah kasus yang terungkap pun ternyata juga memperlihatkan kejahatan atau pelecehan bisa dilakukan oleh orang yang dikenal ataupun orang dekat.
Contoh-contoh ini hanya beberapa saja. Semuanya itu tetap perlu latihan agar peka membaca situasi. Ya, pengenalan self defense yang hanya sekali dengan durasi dua jam belumlah mencakup semuanya.
Saya terkesan dengan sugesti memunculkan keberanian dan keyakinan dalam diri perempuan supaya mampu melawan pelecehan atau tindakan kejahatan yang mungkin dialami. Sugesti yang dilakukan sebelum dan sesudah latihan itu begitu mengena bagi kaum perempuan sehingga memunculkan kekuatan sekaligus berpikir positif. Lembut bukan berarti lemah. Di dalam kelembutan tersimpan kekuatan !
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI