Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bayar Iuran Rutin, Berarti Bergotong Royong Menolong Banyak Orang

19 September 2016   23:54 Diperbarui: 20 September 2016   00:21 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Website Bpjs-kesehatan.go.id memuat seluruh hal yang berkaitan dengan BPJS Kesehatan (sumber:www.bpjs-kesehatan.go.id)

SETIAP kali  membicarakan BPJS Kesehatan, ingatan saya langsung melayang kepada mbak Yani. Perempuan ceria bertubuh tinggi yang harus menerima kenyataan mengidap penyakit kanker serviks, selama setahun terakhir dalam hidupnya.  Sepanjang tahun itu pula mbak Yani menjalani rangkaian pengobatan, tranfusi darah, hingga penyinaran akibat penyakitnya. Untungnya, kekhawatiran akan besarnya biaya pengobatan sangat terbantu karena adanya BPJS Kesehatan.

Saya pun masih ingat saat mbak Yani rajin bolak balik untuk kontrol pengobatan di RS Kanker Dharmais, Jakarta. Mbak Yani, kisahnya pernah saya tulis disini, semula tinggal di Tangerang, Banten, akhirnya menyewa sebuah kamar kecil di sebelah rumah saya di Slipi, Jakarta. Dia menjalani rutin pengobatan di rumah sakit khusus kanker itu sesuai dengan jadwal kunjungan dokter. Tak peduli terkadang harus mendapatkan nomor antrian pada angka puluhan.

Saat itu, Mbak Yani tetap berupaya dapat sembuh dan bersyukur dapat menjalani rangkaian pengobatan yang disadarinya akan membutuhkan biaya yang sangat banyak. “Orang sakit itu butuh berobat. Kalau nggak ada yang seperti ini, nggak tahu bagaimana caranya berobat,” ujarnya kala itu, seingat saya.

Mbak Yani, memang sudah berpulang ke Illahi sejak 9 Mei 2016 lalu. Itu kehendak Yang Maha Kuasa. Namun, saya tahu betul jika mbak Yani sudah melakukan ikhtiar yang terbaik dengan melakukan pengobatan. Stadium kanker leher rahim yang diidapnya sudah stadium 3 B saat pertama kali diketahui.

Kondisi tubuhnya semakin hari semakin tidak kuat lagi dan semakin kurus, sehingga lebih dari satu bulan terakhir hidupnya harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Darimana biaya untuk rawat inap selama itu? Tentu saja dari BPJS Kesehatan karena Mbak Yani adalah salah satu pesertanya.

Sebelum akhirnya menggunakan BPJS Kesehatan, mbak Yani sempat ragu dan takut memeriksakan diri  ke rumah sakit. Padahal di saat yang sama, mbak Yani juga gelisah karena lebih dari satu bulan mengalami pendarahan datang bulan (haid) yang tidak kunjung berhenti, saat ingin menunaikan ibadah puasa tahun 2015.  Sempat berobat ke alternatif, mbak Yani akhirnya tidak kuasa menahan sakit yang melilit pada bagian perutnya. Kulit perutnya terasa sangat panas jika dipegang tangan.

Ah, terkadang saya berandai-andai mbak Yani tidak terlambat memeriksakan diri ke dokter sehingga stadium kankernya dapat diketahui sejak dini. Selain memang ketidaktahuan mengenai penyakit itu, penyebab keterlambatan berobat juga lantaran khawatir dengan biaya berobat yang tinggi. Mbak Yani takut dengan rangkaian pengobatan yang akan memakan biaya yang sangat mahal.

Biaya Kesehatan yang Menakutkan

Biaya kesehatan. Sejak dulu hingga kini selalu masih menjadi hal yang sangat menakutkan buat siapa pun. Takut mahal. Takut mengeluarkan biaya yang banyak, sedangkan di saat yang sama banyak kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Saya kira, bukan hanya pada mbak Yani saja. Saya pun juga khawatir dengan biaya kesehatan yang semakin mahal.

Banyak cerita jika pengobatan suatu penyakit akan benar-benar menghabiskan sangat banyak biaya. Banyak obrolan pula, demi pengobatan, orang harus menjual ini dan itu sehingga standar hidupnya pun terpaksa menurun. Itu bagi yang memiliki harta dan biaya.

Lalu bagaimana jika yang penghasilannya pas-pasan? Membayangkan harus berobat saja sudah bingung, maka tak heran  jika kemudian banyak orang yang menunda-nunda untuk berobat. Apalagi, jika menyadari penyakit yang diidapnya bukanlah penyakit biasa. Penyakit yang memerlukan biaya mahal dan waktu pengobatan yang cukup lama, seperti kanker. Penyakit yang tak hanya memberikan tekanan karena berujung pada kematian, namun juga memberikan beban ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun