Mengenai keefektifan Reiki, lelaki berusia 73 tahun itu bercerita, pernah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan. Kejadian ditikam dari belakang, oleh seseorang rekan bisnis yang sudah dianggapnya saudara selama bertahun-tahun. Â Kerugian dagang yang sangat besar kala itu sempat membuatnya tertekan sehingga terbawa kepada kesehatan. Untungnya,semua itu akhirnya dapat diatasi berkat Reiki.
Awalnya, saya pun sempat menduga ada kaitannya dengan agama tertentu karena terkait meditasi. Semua itu ditepis dua master reiki ini yang pernah secara langsung ke Tibet. Ternyata, Reiki tidak berkaitan dengan agama atau keyakinan apa pun. Bahkan bisa dipelajari oleh setiap orang. Bahkan, jika mahir, dapat untuk menyembuhkan berbagai usia. Semuanya dilakukan dengan memanfaatkan bioenergi. Tanpa obat. Â
Dalam mempelajari Reiki siang itu, Bu Roselina Tjiptadinata, yang memegang peranan untuk  mengajarkan para peserta gerakan-gerakan yang harus dilakukan. Termasuk pemahaman mengenai 7 cakra penting yang ada di tubuh manusia. Tujuh cakrea yang sangat berpengaruh untuk kesehatan, kualitas kesehatan, dan kekuatan energi manusia.
Berbagai contoh juga diperlihatkan sehingga tidak terasa waktu cepat bergulir. Hari itu, banyak sekali yang diberikan dua master Reiki suami istri ini, bapak dan ibu Tjiptadinata. Tidak hanya ilmu, sejumlah buku Reiki yang dapat dipelajari, juga dibagikan secara cuma-cuma. Belum lagi, selembar sertifikat yang diberikan kepada setiap peserta.
Terima kasih dua master Reiki, pak Tjiptadinata dan ibu Roselina. Terima kasih Ngoplah Kompasiana. Apalagi, saat kedua admin Kompasiana dan pak TS, Â juga ikut bergabung . Sekarang, tinggal saya dan teman-teman yang telah dibekali ilmu untuk menerapkannya secara konsiten agar bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H