Satu per satu setiap orang yang ada di ruangan Studio Kompasiana, Gedung Kompas Gramedia Palmerah Barat Lt.6, menjalani inisiasi dari dua master reiki, Tjiptadinata Effendi dan Roselina Tjiptadinata, pada acara Ngoplah (Ngobrol di Palmerah), Selasa, 30 Agustus 2016.
MENGIKUTI arahan demi arahan yang disampaikan sang master, merelaksasikan tubuh dan menenangkan pikiran, inisiasi pun dilakukan. Duduk dengan punggung lurus.Telapak kaki menyentuh lantai. Tidak memakan lama, selesailah sudah. Kami yang menjalaninya langsung diberi selamat. “Selamat, ya,” kata pak Tjip pada saya dengan berjabatan tangan. Hal yang sama juga pada teman-teman yang hadir saat itu.
Sesuai dengan tema Ngoplah hari itu, kami belajar Terapi Diri dengan Sistem Bioenergi (Reiki). Kami menjalani inisiasi, yang dalam Reiki, untuk menggambarkan suatu proses penyelarasan frekuensi energi.
Menurut pak Tjiptadinata, setelah menjalani inisiasi, seseorang penyembuh. Namun tentu saja tidak seinstan dan semudah itu. Harus bisa menyembuhkan diri sendiri (self healing) dulu, sebelum menyembuhkan orang lain. Itu pun harus dilakukan selama 21 hari berturu-turut. Bila gagal atau terlewatkan, harus mengulang lagi pada hitungan hari ke-1.
Kenapa 21? Hal ini karena siklus bioritme energi adalah 21 hari. Energi membutuhkan waktu satu siklus penuh untuk menyesuaikan dengan diri seseorang.Baru kali iniah saya benar-benar hadir dan mengikuti Terapi Bionergi atau Reiki, meski sudah pernah mendengar tentang Reiki.
Ups, ternyata kegalauan itu dapat dibaca dan diketahui oleh pak Tjip, sang maestro Reiki. “Sedang punya masalah,ya? Sekarang sudah cerah auranya. Tadinya walau tertawa, tidak selepas sekarang,” tuturnya, membuat teman-teman seruangan menatap saya. Hmm...
Ah, agak malu jadinya karena ketahuan. Namun, ada pembelajaran positif jika dalam situasi apa pun, harus selalu berpikiran positif supaya energi yang tersebar juga positif. Segala yang positif akan mendatangkan yang positif juga. Yups, segala sesuatu bisa diatasi, terutama oleh diri sendiri yang lebih mengetahui. Tentu saja, denga berserah ikhlas juga kepada Tuhan setelah berusaha.
Nah, Reiki perlu dipelajari karena manusia modern bisa dibilang rentan terhadap berbagai penyakit, terutama stress. Reiki dapat mengatasi stress dan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh stress. Juga, penyakit yang belum ditemukan cara pengobatannya dalam ilmu kedokteran. Reiki juga dapat meningkatkan kepercayaan diri dan ketenangan batin. Menurut pak Tjip, Banyak orang besar dan top yang belajar. Salah satunya Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Mengenai keefektifan Reiki, lelaki berusia 73 tahun itu bercerita, pernah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan. Kejadian ditikam dari belakang, oleh seseorang rekan bisnis yang sudah dianggapnya saudara selama bertahun-tahun. Kerugian dagang yang sangat besar kala itu sempat membuatnya tertekan sehingga terbawa kepada kesehatan. Untungnya,semua itu akhirnya dapat diatasi berkat Reiki.
Awalnya, saya pun sempat menduga ada kaitannya dengan agama tertentu karena terkait meditasi. Semua itu ditepis dua master reiki ini yang pernah secara langsung ke Tibet. Ternyata, Reiki tidak berkaitan dengan agama atau keyakinan apa pun. Bahkan bisa dipelajari oleh setiap orang. Bahkan, jika mahir, dapat untuk menyembuhkan berbagai usia. Semuanya dilakukan dengan memanfaatkan bioenergi. Tanpa obat.
Dalam mempelajari Reiki siang itu, Bu Roselina Tjiptadinata, yang memegang peranan untuk mengajarkan para peserta gerakan-gerakan yang harus dilakukan. Termasuk pemahaman mengenai 7 cakra penting yang ada di tubuh manusia. Tujuh cakrea yang sangat berpengaruh untuk kesehatan, kualitas kesehatan, dan kekuatan energi manusia.
Berbagai contoh juga diperlihatkan sehingga tidak terasa waktu cepat bergulir. Hari itu, banyak sekali yang diberikan dua master Reiki suami istri ini, bapak dan ibu Tjiptadinata. Tidak hanya ilmu, sejumlah buku Reiki yang dapat dipelajari, juga dibagikan secara cuma-cuma. Belum lagi, selembar sertifikat yang diberikan kepada setiap peserta.
Terima kasih dua master Reiki, pak Tjiptadinata dan ibu Roselina. Terima kasih Ngoplah Kompasiana. Apalagi, saat kedua admin Kompasiana dan pak TS, juga ikut bergabung . Sekarang, tinggal saya dan teman-teman yang telah dibekali ilmu untuk menerapkannya secara konsiten agar bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H