Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Belajar Menerapi Diri dengan Sistem Bionergi di Ngoplah

2 September 2016   12:48 Diperbarui: 2 September 2016   12:50 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Opa Tjiptadinata Effendi memberikan penjelasan mengenai Terapi Diri menggunakan sistem Bionergi di Ngoplah Kompasiana, Selasa 30 Agustus 2016 (foto:dokpri)

Mengenai keefektifan Reiki, lelaki berusia 73 tahun itu bercerita, pernah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan. Kejadian ditikam dari belakang, oleh seseorang rekan bisnis yang sudah dianggapnya saudara selama bertahun-tahun.  Kerugian dagang yang sangat besar kala itu sempat membuatnya tertekan sehingga terbawa kepada kesehatan. Untungnya,semua itu akhirnya dapat diatasi berkat Reiki.

Oma Roselina Tjiptadinata memberikan penjelasan sebelum latihan terapi diri dilakukan (foto:dokpri)
Oma Roselina Tjiptadinata memberikan penjelasan sebelum latihan terapi diri dilakukan (foto:dokpri)
Kata Reiki sendiri berasal dari bahasa Jepang. Reiki memang dikembangkan oleh Mikao Usui, orang Jepang. Rei bisa dikatakan alam atau universal, atau juga mental. Kie berarti energi hidup atau bioenergi. Sehingga, Reiki bisa diartikan  juga sebagai energi kehidupan yang berasal dari alam. Di Indonesia memang baru dikenal sejak tahun 1997. Namun sebenarnya, metode ini sudah lama sekali, sejak zaman dinasti Tubo,sebelum era Dalai Lama,  di Tibet, Pegunungan Himalaya.

Awalnya, saya pun sempat menduga ada kaitannya dengan agama tertentu karena terkait meditasi. Semua itu ditepis dua master reiki ini yang pernah secara langsung ke Tibet. Ternyata, Reiki tidak berkaitan dengan agama atau keyakinan apa pun. Bahkan bisa dipelajari oleh setiap orang. Bahkan, jika mahir, dapat untuk menyembuhkan berbagai usia. Semuanya dilakukan dengan memanfaatkan bioenergi. Tanpa obat.  

Dalam mempelajari Reiki siang itu, Bu Roselina Tjiptadinata, yang memegang peranan untuk  mengajarkan para peserta gerakan-gerakan yang harus dilakukan. Termasuk pemahaman mengenai 7 cakra penting yang ada di tubuh manusia. Tujuh cakrea yang sangat berpengaruh untuk kesehatan, kualitas kesehatan, dan kekuatan energi manusia.

Pak Thamrin Sonata menceritakan manfaat Reiki yang pernah diikutinya (foto:dokpri)
Pak Thamrin Sonata menceritakan manfaat Reiki yang pernah diikutinya (foto:dokpri)
Wah, ternyata menguasainya memang perlu latihan teratur. Jika tidak urut, hasil yang diinginkan pun tidak bisa dicapai. Namun, saya merasa cukup senang juga ketika Yos Mo, yang juga jadi peserta, mengatakan merasa ada pancaran energi di pundaknya. Membuatnya lebih merasa enak. Energi yang keluar dari aliran telapak tangan saya, saat latihan untuk menyembuhkan dari jarak dekat.   

Berbagai contoh juga diperlihatkan sehingga tidak terasa waktu cepat bergulir. Hari itu, banyak sekali yang diberikan dua master Reiki suami istri ini, bapak dan ibu Tjiptadinata. Tidak hanya ilmu, sejumlah buku Reiki yang dapat dipelajari, juga dibagikan secara cuma-cuma. Belum lagi, selembar sertifikat yang diberikan kepada setiap peserta.

Peserta Ngoplah Terapi Diri dengan Sistem Bioenergi (foto:pak TS)
Peserta Ngoplah Terapi Diri dengan Sistem Bioenergi (foto:pak TS)
Kegiatan Ngoplah (ngobrol di palmerah) di Palmerah kali ini cukup berbeda karena tidak berkaitan dengan cara tulis menulis. Ilmu kami tetap bertambah dengan pengalaman-pengalaman hidup yang bijak dari dua master yang punya pengalaman segudang ini.  Saran dan semangat untuk memiliki mimpi yang tinggi dalam hidup, juga disematkan kepada para peserta.

Terima kasih dua master Reiki, pak Tjiptadinata dan ibu Roselina. Terima kasih Ngoplah Kompasiana. Apalagi, saat kedua admin Kompasiana dan pak TS,  juga ikut bergabung . Sekarang, tinggal saya dan teman-teman yang telah dibekali ilmu untuk menerapkannya secara konsiten agar bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun