INGAT sekali saya pada tawa dan canda dengan teman-teman yang mengatakan, kalau hidup yang paling enak itu adalah muda foya-foya, tua kaya raya, Â dan kalau meninggal masuk surga. Mantap sekali rasanya seandainya itu benar-benar terjadi.
Pertanyaannya, apakah itu mungkin? Bisa saja, tetapi harus ada strategi yang benar-benar dilakukan untuk memungkinkan hal itu bisa menjadi kenyataan. Jika tidak, sama saja dengan sekedar impian. Namun, untuk  kata foya-foya saat muda disini, saya lebih suka menggantinya dengan bisa menjalani masa muda, dengan membeli sesuatu atau mengeluarkan uang tanpa rasa khawatir akan bangkrut.  Selain bisa menikmati hidup di saat tua dengan nyaman, dan  bisa masuk surga karena ada yang diwariskan kepada para ahli waris ataupun orang di sekitar kita.
Satu hal yang pasti, semua itu tidak akan datang dengan tiba-tiba dan begitu saja, seperti pada orang yang kejatuhan lotere. Seandainya ingin hidup dengan baik, maka harus merencanakannya dengan baik. Termasuk dengan merencanakan keuangan dengan baik.
Mengenai hal ini, saya jadi teringat saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Suatu hari, bapak mengajak saya ke Kantor Pos, yang letaknya hanya berbatas jalan dengan gedung sekolah.
Menurut bapak, sudah saatnya saya belajar menabung sendiri. Tidak cukup lagi dengan hanya menaruh uang di celengan tanah liat berbentuk hewan ayam yang saya punya. Dengan menabung, saya akan memiliki uang dalam jumlah tertentu, setelah beberapa lama.Uang itu dapat digunakan untuk keperluan saya nantinya.
Wah, saya semangat sekali saat itu. Uang jajan yang diberikan saya hemat-hemat untuk ditabungkan, jika sudah terkumpul. Tidak banyak memang. Dulu, hingga era 90-an masih diterima uang tabungan yang sedikit-sedikit, seperti saya setorkan ke bagian penerimaan kantor pos. Biasanya sih sekitar Rp.10.000.
Mata saya akan membulat bahagia saat sudah ditempelkan semacam perangko warna kuning pada buku tabungan itu. Ditambah lagi dengan bunyi ketukan bubuhan cap yang mendarat di atas perangko itu sebagai bukti membayar. Tulisan yang tertera di buku bertambah jumlah saldo saya.
Itulah pengalaman pertama saya menabung. Saya menabungnya secara langsung di kantor pos. Bukan di sebuah gedung Bank. Namun, saya yakin sudah kerja sama dengan bank karena seingat saya ada juga biaya administrasi dan bunga yang saya peroleh.
Dulu, saya tidak pernah terpikirkan dengan yang namanya biaya administrasi. Saya tahunya kalau menabung pasti ada bunga, yang akan membuat tabungan saya bertambah. Begitu pun saat saya akhirnya mulai menabung di sebuah bank milik pemerintah. Cukup menabung saja dengan rutin, saya menduga sudah akan mempunyai uang banyak suatu saat nanti.
Pengetahuan saya mengenai menabung untuk masa depan mulai terusik saat saya sudah memasuki dunia kerja. Tepatnya saat diminta membuat tabungan yang digunakan untuk pembayaran gaji. Tabungan yang dilengkapi dengan ATM.