Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Mengenang Tragedi Trisakti dari Halte Transjakarta Grogol

12 Mei 2016   23:17 Diperbarui: 13 Mei 2016   11:08 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Polisi berada di depan kampus Trisakti untuk mengamankan jalannya aksi damai memperingati peristiwa 12 Mei 2016 (foto:riapwindhu)

KAMIS siang 12 Mei 206, yang bercuaca panas terik sekitar pukul 13.00. Saya tepat berada di depan halte transit Transjakarta Grogol, dengan jurusan Grogol-Pinang Ranti dan Grogol-PGC. Bis-bis ukuran sedang berwana biru bernomor 12, jurusan Kalideres-Senen yang melintasi Grogol, tampak berderet-deret di depan Kampus Trisakti, Jakarta.

Entah kebetulan atau tidak, semua bertuliskan angka 12. Angka ini tiba-tiba mengarahkan pandangan mata saya, pada monumen bertuliskan reformasi 12 Mei yang terletak di depan kampus Trisakti. Monumen pengingat peristiwa yang terjadi pada tanggal itu tampak terlihat jelas. Tepatnya dari arah halte Transjakarta Grogol, tempat saya berdiri menunggu datangnya bis Transjakarta.

Minibus warna biru bernomor 12 berderet-deret di depan kampus Trisakti, Kamis, tanggal 12 Mei 2016 (foto:riapwindhu)
Minibus warna biru bernomor 12 berderet-deret di depan kampus Trisakti, Kamis, tanggal 12 Mei 2016 (foto:riapwindhu)
Tak lama berselang, bus-bus sedang bernomor 12 itu penuh dinaiki mahasiswa, beriring-iringan dan memacetkan jalan. Sejumlah mahasiswa berada di tengah-tengah jalan untuk memandu iringan bus. Beberapa petugas kepolisian juga ada, berjajar hingga wilayah Tomang.

Terjadi obrolan singkat begitu saja melihat itu semua.

Reformasi 12 Mei. Demo mahasiswa,” ujar perempuan yang ada di depan saya.

“Sudah lama juga peristiwa itu,” kataku.

“Sekarang 2016. Dulu kejadian tahun 1998. Sudah 18 tahun,” ucapnya lagi.

Nggak terasa, ya?” lanjutku singkat.

“Iya. Nggak terasa sudah lama berlalu. Tetapi sepertinya sekarang demo nggak seramai dulu. Sepertinya Trisakti saja,” kata perempuan itu, sambil memainkan smartphone-nya.

“Korban mahasiswa saat itu memang dari Trisakti,” ujarku.

“Ya, tetap harus ada peringatan untuk mengenang peristiwa itu,” tukasnya.

Polisi berada di depan kampus Trisakti untuk mengamankan jalannya aksi damai memperingati peristiwa 12 Mei 2016 (foto:riapwindhu)
Polisi berada di depan kampus Trisakti untuk mengamankan jalannya aksi damai memperingati peristiwa 12 Mei 2016 (foto:riapwindhu)
Saya tersenyum. Pandangan saya beralih ke monumen reformasi 12 Mei warna hitam yang ada. Rentang waktu 18 tahun bukanlah waktu singkat. Banyak yang pastinya telah berubah. Banyak hal yang telah terjadi. Termasuk reformasi yang kemudian bergulir, akibat peristiwa yang terjadi pada tahun 1998. Tepatnya 18 tahun yang lalu.

Kala itu, terjadi gerakan mahasiswa dan masyarakat besar-besaran akibat krisis ekonomi yang terjadi. Kampus Trisakti adalah salah satu dari sekian banyak universitas, yang mahasiswanya ikut berunjuk rasa. Namun, korban jiwa mahasiswa kala itu berasal dari Trisakti.

Empat orang mahasiswa Trisakti, yakni Eri Hertanto, Hendriawan Sie, Hafidhin Royan, dan Elang Mulya Lesmana, menjadi korban peristiwa delapan belas tahun yang lalu. Keempatnya kemudian dianggap banyak orang sebagai pahlawan reformasi. Kampus mereka pun disebut-sebut sebagai kampus reformasi. Tanggal 12 Mei pun disebut sebagai Hari Reformasi.

Minibus bernormor 12, jurusan Kalideres-Senen, yang berderet-deret di depan kampus Trisakti (foto:riapwindhu)
Minibus bernormor 12, jurusan Kalideres-Senen, yang berderet-deret di depan kampus Trisakti (foto:riapwindhu)
Untuk mengingatkan kembali peristiwa itu, ratusan mahasiswa Trisakti melakukan aksi damai di depan Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, siang itu. Berdasarkan pemberitaan dan tayangan media, peringatan peristiwa Tragedi Trisakti ini dilakukan dengan menaburkan bunga, menaikkan bendera setengah tiang, menuntut penyelesaian Tragedi Trisakti.

Siang hari, di dalam halte Transjakarta Grogol, tanggal 12 Mei mengingatkan saya pada peristiwa yang terjadi delapan belas tahun lalu. Kejadian yang kemudian menimbulkan terjadinya reformasi.

Sehari setelahnya, atau tanggal 13 Mei kemudian terjadi kerusuhan besar-besaran yang menimbulkan banyak korban, baik harta maupun pada manusia. Penjarahan dan pembakaran ada di mana-mana. Toko-toko tutup dengan tulisan-tulisan bertuliskan milik pribumi atau muslim. Transportasi umum berhenti beroperasi. Orang-orang berjalan belasan kilometer untuk kembali ke rumahnya.

Monumen pengingat peristiwa 12 Mei (foto:riapwindhu)
Monumen pengingat peristiwa 12 Mei (foto:riapwindhu)
“Tetap harus ada yang memperingati peristiwa Mei,” ujar mbak yang ada di depan saya, sebelum kemudian akhirnya saya beranjak menaiki bis Transjakarta yang kemudian melaju melintas wilayah sepanjang Jalan S. Parman, Jakarta.

Iring-iringan mahasiswa masih ada di jalan raya. Tragedi Trisakti dan reformasi telah berjalan selama 18 tahun. Banyak yang terjadi selama itu, yang positif, ataupun yang menurut orang kebablasan. Saya pun mengingat-ingat apa yang telah saya lakukan selama rentang waktu tersebut. Semoga semua yang baik-baik saja dan bermanfaat. (windhu)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun