Kala itu, terjadi gerakan mahasiswa dan masyarakat besar-besaran akibat krisis ekonomi yang terjadi. Kampus Trisakti adalah salah satu dari sekian banyak universitas, yang mahasiswanya ikut berunjuk rasa. Namun, korban jiwa mahasiswa kala itu berasal dari Trisakti.
Empat orang mahasiswa Trisakti, yakni Eri Hertanto, Hendriawan Sie, Hafidhin Royan, dan Elang Mulya Lesmana, menjadi korban peristiwa delapan belas tahun yang lalu. Keempatnya kemudian dianggap banyak orang sebagai pahlawan reformasi. Kampus mereka pun disebut-sebut sebagai kampus reformasi. Tanggal 12 Mei pun disebut sebagai Hari Reformasi.
Siang hari, di dalam halte Transjakarta Grogol, tanggal 12 Mei mengingatkan saya pada peristiwa yang terjadi delapan belas tahun lalu. Kejadian yang kemudian menimbulkan terjadinya reformasi.
Sehari setelahnya, atau tanggal 13 Mei kemudian terjadi kerusuhan besar-besaran yang menimbulkan banyak korban, baik harta maupun pada manusia. Penjarahan dan pembakaran ada di mana-mana. Toko-toko tutup dengan tulisan-tulisan bertuliskan milik pribumi atau muslim. Transportasi umum berhenti beroperasi. Orang-orang berjalan belasan kilometer untuk kembali ke rumahnya.
Iring-iringan mahasiswa masih ada di jalan raya. Tragedi Trisakti dan reformasi telah berjalan selama 18 tahun. Banyak yang terjadi selama itu, yang positif, ataupun yang menurut orang kebablasan. Saya pun mengingat-ingat apa yang telah saya lakukan selama rentang waktu tersebut. Semoga semua yang baik-baik saja dan bermanfaat. (windhu)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H