Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(My Diary) Lelaki Satu-satunya Rien

13 April 2016   23:55 Diperbarui: 14 April 2016   00:56 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diary, sayangnya kondisi Radit, ayah Raka semakin hari semakin parah. Lelaki itu kemudian harus masuk rumah sakit  untuk mengobati penyakitnya. Beberapa pekan setelah itu, aku terkejut saat Rien menelepon dalam keadaan terisak.

Rien harus dirawat inap di RSIA Harapan Kita lantaran luka bekas operasi caesar di perutnya mengalami infeksi hebat. Lukanya berair. Rien terlalu kelelahan merawat Radit suaminya, yang terbaring di rumah sakit. Padahal, kondisi Rien sendiri belum pulih seutuhnya setelah melahirkan.

“Jangan pergi. Temani aku disini,” pinta Rien, saat jam jenguk telah habis. Melihat wajahnya yang sendu aku pun tidak tega. Aku tahu, Diary, meski tak banyak kata dan cerita yang mengalir, ada perasaan lega terlihat di wajah Rien saat aku memutuskan untuk menemaninya.

Rembesan air tampak terlihat jelas di perban yang tertempel di bekas luka operasi caesarnya, saat Rien menunjukkannya kepadaku. Rien sangat membutuhkan teman untuk mencurahkan isi hati. Keluarganya sudah kembali ke daerah Sumatera, setelah menjenguk Raka lahir. Rien malam itu hanya ditemani seorang keluarga dari pihak mertua.

Aku menatap Rien. Diary, aku bukanlah orang hebat, tapi aku ingin dapat memberikan semangat dan berbagi rasa kepada sahabatku satu ini. Jika bukan cobaan, apalah namanya, sepasang suami istri harus dirawat bersamaan di rumah sakit yang berbeda. Anak pertama yang baru lahir, harus ikut merasakan tidak segera berada dalam timangan kedua orang tuanya.

Untunglah lima hari kemudian, Rien sudah dapat pulang. Hari-harinya cukup terbantu karena kemudian satu persatu saudara kandungnya datang. Begitupun dengan orang tuanya.  Namun, kondisi Radit, suaminya semakin parah saja.

Hingga akhirnya, tepat tiga bulan setelah kelahiran Raka anak pertamanya, Radit meninggal dunia. Aku sangat terkejut mendapatkan informasi yang dikirim melalui SMS. Segera, aku pun ke rumah duka di kawasan Kebun Jeruk.

Diary, kawanku Rien ternyata kuat. Walaupun sedih terlihat di wajahnya dan sesekali menatap bayi Raka, yang ada di pelukan adiknya, perempuan ini masih bisa tersenyum.

Ketika salah seorang perempuan pelayat datang mengucapkan belasungkawa dengan penuh tangis dan isak, Rien malah menepuk perlahan pundak pelayat yang ternyata juga baru saja kehilangan suaminya.

Ketegaran Rien juga terlihat saat sudah masuk kembali. Aku sempat berpesan kepada Bara, teman kami yang sekantor dengannya, agar Rien dapat dihibur pada hari pertama masuk kantor, setelah kepergian suaminya.

“Aku ketemu Rien. Tapi, sepertinya dia baik-baik saja. Diajak bercanda juga malah ketawa-tawa dan senyum-senyum,” kata Bara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun