Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Air Bersih Jakarta, antara Ketersediaan, Kebutuhan, dan Kesadaran Bersama

28 Maret 2016   08:08 Diperbarui: 28 Maret 2016   08:12 1444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sulitnya Bahan Baku

DALAM paparan dan diskusi yang dilakkan di ruang Tirta Ananta usai peninjauan operasional IPA, Direktur Costumer Service PALYJA Budi Susilo, mengakui adanya  permasalahan sumber air baku dan olahan untuk penyediaan air bersih.

[caption caption="Diskusi 5 Petinggi PALYJA dengan Kompasianer di ruang Tirta Ananta, Pejompongan (foto:riapwindhu) "]

[/caption]

Sebanyak 13 sungai yang mengalir di Jakarta, setelah dilakukan penelitian hampir semuanya tidak begitu layak untuk menjadi bahan baku. Air sungai itu tercemar deterjen dan amonia.  

[caption caption="Air sungai, sebagai sumber bahan baku air bersih pencemarannya terbesar disebabkan limbah rumah tangga (foto:kompas.com)"]

[/caption]

Penyebab terbesarnya adalah sampah rumah tangga yang memenuhi sungai-sungai. Hal ini jelas karena sektor industri tidak berlokasi di tengah kota Jakarta. Sementara adanya air tanah tidak diperkenankan untuk diambil atau untuk dipergunakan sebagai bahan baku  air bersih. Tentu saja langkah ini dilakukan untuk menjaga lingkungan  dan mencegah semakin merosotnya permukaan tanah.

Padahal berdasarkan studi PAM Jaya, saat ini terdapat lebih dari 10 juta penduduk yang tinggal di Jakarta. Setidaknya dibutuhkan 100 liter per hari per orang, dengan total kebutuhan air sebanyak 26.100 liter per detik. Ketahanan air di Jakarta hanya 3 %.

Saat ini, kebutuhan air yang baru dapat dipenuhi oleh kedua operator (PT PALYJA dan Aetra) hanya mencapai 17.100 detik. Ketersediaan air bersih di Jakarta hingga saat ini masih defisit 9.100 liter/detik.

Untuk wilayah barat Jakarta yang dikelola PALYJA, sumber air baku terbagi atas dua. Pasokan utamanya berasal dari luar Jakarta (94,3%) yakni waduk Jatiluhur (62,5 %), IPA Serpong (31%), dan Cikokol (0,8 %). Jakarta hanya memiliki bahan baku air bersih sebesar 5,7%, yang berasal dari Sungai Krukut (4%) dan Cengkareng Drain (1.7%).

Suatu ironi untuk warga bagian Barat Jakarta karena pasokan air terbesarnya tidak berasal dari Jakarta dan harus dibeli. Di sisi lain, permintaan kebutuhan air bersih semakin banyak.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun