[caption caption="Penjual ketupat sayur melayani pembeli (foto:katambahkitingblospotcom)"][/caption]
Â
Clurit....
Teriak lelaki itu setiap pagi
Clurit...
Suaranya melengking tinggi
Â
Tiga puluh tahun lebih berlalu sudah Â
Sejak kakinya menyusuri jalan perumahan
Pantang baginya tangan menadah
Harus ada upaya hidup bertahan
Â
Clurit...                                                                            Â
Teriakan lelaki itu berisi harap
Setiap ada yang memanggil
Terbit cerah di hati, gelisah lenyap
Â
Pekerjaan sama lebih tiga puluh tahun
Tugas sebagai ayah terlampaui Â
Anak tumbuh besar lepas terayun
Cucu datang berkumpul menemui
Â
Clurit...
Kadang singgah resah jiwa
Ingin beristirahat di usia senja
Tapi kehendak hati tak bisa jua
Â
Ada cucu harus dibantu nafkah
Suami anaknya pergi entah kemana
Tak ada kesempatan berkata sudah
Kaki harus tetap melangkah makna
Â
Clurit...
Setiap dagangan tandas senanglah hati
Tak sia-sia semua jerih dan upaya
Senyum anak dan cucu selalu menanti
Â
Clurit...
Lengkingan sama setiap pagi
Kuasa Tuhan semua suka buatannya
Mimpi sejahtera tak pernah beranjak pergi
Â
Clurit ...
Semua pembeli tak bosan buatannya
Juga sebutan unik clurit untuk ketupat sayurnya
Puluhan tahun  setia menjadi pelanggannya
Â
Clurit...
Teriak suaranya sama dengan teriak hatinya
Saat bersujud berserah pada Illahi
Lelaki penjaja clurit luruh tangis dan syukur
Â
Â
Jakarta, 24 Februari 2015
Â
#Teringat Babe penjual clurit, yang selalu berteriak Clurit untuk menyebut Ketupat Sayur yang dijualnya selama puluhan tahun. Setiap orang di perumahan yang dilaluinya di Kemanggisan, Jakarta Barat, tidak pernah keberatan sebutan unik itu. Entah kenapa... Â Â
 Â
Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI