Mohon tunggu...
riap windhu
riap windhu Mohon Tunggu... Sales - Perempuan yang suka membaca dan menulis

Menulis untuk kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

(FPPI2015)  Memikatnya Film Pendek yang Simpel, Alami, dan Kreatif  

6 Februari 2016   18:58 Diperbarui: 9 Februari 2016   10:56 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  Adegan upacara dalam film pendek Bubar, Jalan !

 

------

Psstt... , Psstt..., Psstt...

Tak ada reaksi.

Seluruh lengan kanan ratusan peserta upacara masih terangkat dalam posisi menghormati bendera. Lama waktu berlalu.

Tiba-tiba...

Bubar, Jalan...!

Keriuhan langsung tercipta begitu pemimpin upacara mengucapkannya. Rangkaian upacara belum selesai. Serentak ratusan siswa sekolah dasar yang sedang mengikuti upacara bubar.

------

SAAT itu pula, tawa pun pecah dari seluruh penonton yang menyaksikan adegan film pendek Bubar, Jalan! , finalis  festival film pendek Indonesia (FPPI) 2015 Kompas TV,  dalam acara nonton bareng (screening) yang diselenggarkan di auditorium Galeri Kaya,  West Mall, Grand Indonesia, pada 22 Januari  2016 lalu. 

Dikemas dalam sebuah adegan yang sederhana, alamiah apa adanya terjadi di sekolah, film pendek Bubar Jalan!,  karya Rumahku Film sungguh memikat. Siapa pun yang pernah bersekolah pasti mengalaminya. Siapa yang tidak pernah ikut upacara bendera?

Berkisah mengenai Ahong (Adam Malik), seorang siswa SD Kenanga yang grogi karena bertugas sebagai pemimpin upacara untuk pertama kalinya. Tidak percaya diri dan mules perut dirasakan Ahong karena tugasnya itu. Pucat pasi wajah, gemetar, keringat dingin, dan salah ucap digambarkan apa adanya. Termasuk salah ucap pemimpin upacara dan pemasangan terbalik bendera yang sempat terjadi sebelum dinaikkan ke tiang bendera.

Bubar, Jalan!  adalah salah satu dari sepuluh film pendek yang berhasil menjadi finalis dalam Festival Film Pendek Indonesia (FFPI) 2015, yang diselenggarakan oleh Kompas TV. Keseluruhannya ditayangkan secara langsung satu persatu sebelum malam penganugerahan pemnang, di aula Galeri Kaya, lokasi tepat yang menampilkan kekayaan budaya Indonesia  Sejak awal, satu persatu film pendek karya para peserta FPPI 2015 yang dipertontonkan telah mampu memancing rasa tertarik para penyimaknya.

Inilah pelaksanaan tahun kedua Kompas TV dalam mengapresiasi kreativitas generasi muda dalam menyalurkan bakat, ketertarikan,  dan kemampuannya di bidang sinema melalui Festival Film Pendek Indonesia (FPPI) 2015.  Mengambil tema Indonesiaku, Kebanggaanku, rasa nasionalisme para pemuda berikut potensi budaya Indonesia diwujudkan dalam kisah-kisah pendek.

Antusiasme membludak. Setidaknya sekitar  200 film pendek di antaranya hasil gelaran rangkaian workshop yang digelar di tujuh kota dan pendaftaran pada periode 1 Oktober hingga 18 Desember 2015. Sepuluh film pendek yang dinilai bagus dari segi ide, orisinalitas, kesesuaian tema, dan keberanian menyampaikannya dengan apik akhirnya berhasil dipilih.

Lima finalis dari kategori umum, yakni  Ruwat (Tana Hijau Creative), Ojo Sok-Sokan (Sebelas Sinema Pictures), Nilep (Ravacana Films), Opor Operan (Sebelas Sinema Pictures),  dan Bubar, Jalan!  (Rumahku Films) .

Lima finalis kategori pelajar adalah : Coblosan (SMK Kurasari Purbalingga, Jawa Tengah),  Ali-Ali Setan (SMK YPLP Perwira, Purbalingga Jawa tengah), Samin Surosentiko (Sanggar Seni Sekar Tanjung, Blora jawa Tengah), Kotak Pusaka (SMK Negeri 51, Jakarta) dan  Surya The School Gangs (SMK Muhammadiyah 1 Temanggung)


                                                 Adegan dalam Surya The School Gangs

Eksplorasi Ide Kreatif dan Jujur

SESUAI dengan namanya sebagai film pendek, keseluruhan film yang ada memang memiliki durasi yang sangat pendek kurang dari 30 menit.  Meski demikian, kesepuluh finalis film pendek yang tersaji sungguh menarik. Memikat lantaran keseluruhannya berkisah apa adanya. Terasa jujur terhadap polah yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Bahkan mengundang tawa karena sesungguhnya menertawai apa yang umumnya benar-benar  biasa terjadi dan terpikat dengan mengalirnya ide alami.

Namun,  itulah yang menjadi kekuatan film pendek yang ada.  Pembuat film pendek lebih memiliki gerak berekspresi dengan keahlian yang dimiliki, kemampuan peralatan yang ada, latar belakang pengambil film yang beragam, dan jumlah dana yang tersedia. 

Angga Sasongko yang menjadi juri FPPI 2015 menekankan pesan Indonesiaku Kebanggaanku, yang bisa disampaikan dengan baik adalah inti dari sebuah karya film pendek. Beberapa hal yang diperhitungkan dalam penjuran, yakni ide cerita, kesesuaian dengan tema, alur cerita yang diwujudkan, plot yang ada, dan  pengambilan gambar yang dilakukan.

Sutradara Film Cahaya Dari Timur: Beta Maluku danFilosofi Kopi itu mengatakan jika teknik produksi tidaklah begitu menjadi faktor penentu. Hal ini mengingat peserta festival film pendek ada yang berasal dari kalangan amatir dan profesional.

Hasilnya ternyata malah menakjubkan. Makna tema Indonesiaku, Kebanggaanku tidaklah hadir melalui tayangan gambar film serangkaian demonstrasi dan orasi ataupun aksi protes kepada bangsa. Ide yang sederhana, akrab dengan keseharian dan dibintangi oleh pemain biasa ditelurkan secara kreatif, mengena, unik, dan jujur sesuai dengan keadaan.

Dalam film Opor operan yang ada dalam kategori umum misalnya, dikisahkan mengenai semangkuk opor yang dioper-oper oleh beberapa ibu dari satu orang ibu yang memasak opor di suatu kampung. Ibu-ibu yang lain tidak masak hanya menjaga gengsi sudah memasak opor. Lucunya, opor tersebut kembali lagi pada orang pertama yang memberikan opor.  

Film Coblosan pada kategori pelajar mengisahkan tentang politik uang yang terjadi pada pemilihan kepala desa sebelum pencoblosan terjadi. Kendati sifat pemilihan langsung sudah dilakukan, yang menang menjadi kepala desa adalah calon yang memiliki banyak uang ketimbang calon yang lebih amanah.

                               [caption caption="Angga, Juri FPPI 2015 mendatangi pemeran Surya The School Gangs"]

Dari Ribetnya Anak SD Hingga Riset

PUSINGNYA ribet bekerja dengan mengatur ratusan anak sekolah dasar, mengikuti perkembangan berita sehari-hari, kejadian yang ada di masyarakat, peristiwa yang dialami, hingga riset mendalam yang perlu dilakukan perlu dilakukan, adalah cerita para pembuat film pendek yang menjadi finalis dalam FFPI 2015.

Semua ini terungkap dalam diskusi yang diadakan. Gerry Fairuz,  pembuat naskah sekaligus sutradara film pendek kategori umum berjudul Bubar, Jalan ! mengungkapkan film pendeknya terinspirasi pada nostalgia masa kecil, masa anak-anak. Semua orang pernah merasakan upacara bendera dan upacara bendera adalah suatu momen nasional, suatu momen bangs. Nostalgia yang  setiap orang bisa menikmatinya. “Pusingnya saat harus mengatur banyak anak karena dunianya berbeda dengan orang dewasa,” ujar Gerry.

Film Ali-Ali Setan dari SMK YPLP Perwira Purbalingga terinspirasi dari tren batu akik di Indonesia. Di purbalingga malahan setiap pegawai negerinya diwajibkan menggunakan batu akik. Dengan hanya mengambil tiga tokoh, yakni dua siswa SD yang bertengkar karena salah satu siswa SD menggunakan cincin batu akik dan hal ini tidak sesuai dengan peraturan sekolah. Lucunya, eorang guru yang menengahi pertengkaran ternyata justru memakai cincin akik.  

Sanggar Seni Sekar Tanjung, Blora, Jawa Tengah, memproduksi film Pendek Samin Suronsentiko dengan mengambil inspirasi kepahlawanan  Samin Surosentiko, asal Kelopoduwur, Blora yang telah berjuang melawan penjajah Belanda. Untuk mengeksplorasi film yang sudah banyak versinya, pembuat naskah membuat riset hingga ke Sawah Lunto, Sumatera Barat tempat diasingkannya Samin Surosentiko.

Lain lagi dengan film Surya The School Gangs yang diproduksi oleh SMK Muhamadiyah 1, Temanggung. Yusuf Abdilah, pemeran Surya yang hadir dalam screening FFPI 2015 mengatakan, terinspirasi oleh aksi beladiri  dalam film The Raid.

Film yang mengisahkan kisah pemalakan yang dilakukan oleh sejumlah siswa sekolah yang ternyata hasil  uangnya digunakan untuk membantu anak-anak tidak mampu untuk bersekolah. Kisah bergaya Robinhood yang penuh dengan aksi bela diri silat.       

Secara keseluruhan film pendek yang masuk 80 % berasal daerah, termasuk finalisnya bukanlah suatu hal yang disengaja.  Mengamati hal ini, Angga Sasongko, juri FPPI menyatakan, masa depan perfilman ada di Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

Bimo Setiawan, Direktur Utama Kompas TV menyambut antusiasme para pegiat sinema yang memproduksi film pendek. Masa depan film pendek ke depannya sangat cerah dan sangat berpeluang mengambil hati para pecinta film karena saat ini selain ada media layar lebar bioskop dan televisi, akses film pendek dapat dengan mudah dilakukan melalui situs web berbagi video, misalnya youtube. Selain itu, pemenang FPPI 2015 kategori pelajar mendapatkan kesempatan magang bersama Angga di Jakarta.

Setidaknya buat saya, melalui FFPI sebagai penikmat film pendek, ada beberapa hal yang dapat dipelajari dalam gelaran ini, yakni tidak perlu takut untuk mencoba, belajar kreatif, dan mulailah merealisasikan ide dari sesuatu yang dekat dan berada di sekitar kita sehingga lebih mampu meresapi dan mengerjakannya dengan sepenuh hati. Maju terus film pendek Indonesia !  Bangga menjadi sineas Indonesia !

Pemenang FFPI 2015 kategori Pelajar :

1. Surya The School Gangs produksi SMK Muhammadiyah 1 Temanggung (Juara 1)

2. Coblosan produksi SMK Kurasari Purbalingga (Juara 2)
3. Samin Surosentiko produksi Sanggar Seni Sekar Tanjung, Blora, Jawa Tengah (Juara 3)

Pemenang FFPI 2015 kategori umum :

1. Bubar, Jalan! produksi Rumahku Films (Juara 1)
2. Ojo Sok-Sokan produksi Sebelas Sinema Pictures (Juara 2)

3. Opor Operan produksi Sebelas Sinema Pictures (Juara 3)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun